Penjual Buku Palasari-Bandung Yakin Jika Ekonomi Masyarakat Kuat, Minat Baca Naik

Konten Media Partner
2 Januari 2019 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual Buku Palasari-Bandung Yakin Jika Ekonomi Masyarakat Kuat, Minat Baca Naik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pasar buku Palasari, Bandung. (Iman Herdiana)
BANDUNG, bandungkiwari – Minat baca buku masyarakat kerap dituding menurun. Padahal jika ditelisik, minat baca buku punya kaitan erat dengan ekonomi atau daya beli masyarakat. Jika daya beli masyarakat meningkat, diyakini pembelian buku juga akan meningkat. Lalu turunnya daya beli masyarakat salah siapa?
ADVERTISEMENT
Hubungan minat baca buku dengan daya beli diyakini penjual buku di pasar buku Palasari, Jalan Palasari, Bandung, Budi Prasetyo. Pemilik TB Femmy ini tidak setuju jika lesunya penjualan buku karena malas membaca.
“Ya, tergantung duit, ada duit ya ada buat belanja, termasuk buat beli buku. Jadi masalahnya bukan budaya baca, tapi duit, ekonomi,” tutur Budi Prasetyo, bersemangat, saat berbincang dengan Bandungkiwari, Rabu (2/1/2019).
Siang itu situasi pasar buku terbesar di Jawa Barat, bahkan konon terbesar di Indonesia, itu memang sepi, termasuk toko buku milik Budi. Warga asal Padang, Sumatera Barat itu pun leluasa bercerita kondisi pasar buku sekarang, meski sesekali dia menawari buku pada calon pembeli yang lewat satu dua.
ADVERTISEMENT
“Sekarang semua jualan sepi, yang jualan baju-baju di Pasar Baru juga pada sepi. Semuanya, ga cuma buku,” lanjut Budi.
Padahal semua buku di Palasari sudah diskon, minimal 30 persen. Beda dengan toko buku besar yang membanderol harga lebih mahal.
Pasar Baru merupakan pusat sandang pangan di Bandung. Kebetulan, para pedagang di pasar yang terletak di Jalan Otto Iskandar Dinata itu banyak juga yang berasal dari Padang. Orang Padang memang terkenal karena memiliki jiwa dagang, tak terkecuali di Pasar Baru dan Palasari. Budi mengklaim, 90 persen pedagang buku di Palasari berasal dari daerah kelahiran Bung Hatta.
Saat ini, Budi fokus menjual buku untuk anak sekolah SMA, SMP, SD yang kondisinya sedang sepi. Liburan sekolah sudah usah, namun keperluan membeli buku juga belum signifikan. Budi dan kawan-kawannya berhadap terjadi lonjakan penjualan untuk buku-buku kuliah Februari mendatang.
ADVERTISEMENT
“Kalau buku sekolah sekarang sepi, belum bisa diandalkan. Paling nanti nunggu usai liburan mahasiswa,” katanya.
Meski kondisi sepi, Budi yakin yang namanya rejeki sudah dibagi-bagi. Penjualan buku masih memiliki momen ramai yaitu di masa tahun ajaran baru setiap bulan Juli. Tahun ajaran baru kemarin, dalam sehari Budi bisa menjual 100 buku per harinya.
Untung dari hasil penjualan bisa dipakai untuk hidup, makan dan keluarga. “Dari buku masih bisa makan, makan buku,” celoteh Budi seraya terkekeh. (Iman Herdiana)