Peringatan Hari Lahir Pancasila di Penjara Bung Karno Menolak Pikun Sejarah

Konten Media Partner
1 Juni 2018 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan Hari Lahir Pancasila di Penjara Bung Karno Menolak Pikun Sejarah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Penari Gatot Gunawan tampil pada acara peringatan Hari Lahir Pancasila di Situs Situs Penjara Banceuy atau Monumen Sel Bung Karno, Bandung, Kamis (31/5/2018) malam. (Foto Agus Bebeng/Bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Situs Penjara Banceuy atau Monumen Sel Bung Karno di Kompleks Pertokoan Banceuy Permai, Bandung, menjadi saksi bisu peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni yang digagas generasi muda dan sesepuh.
Peringatan Kamis (31/5/2018) malam itu mencoba mengurai kembali kenangan masa lalu yang dirajut jadi kain kebangsaan untuk generasi muda demi menghadirkan kembali identitas kebangsaan; terutama melaksanakan pesan para sesepuh bangsa yang menanamkan perbedaan adalah anugerah terbesar negeri ini.
Seorang seniman tari yang terlibat dalam peringatan tersebut, Gatot Gunawan, menyatakan peringatan ini sangat penting untuk memaknai kembali Indonesia secara utuh, terutama menyangkut hal yan terkait dengan sejarah bangsa.
“Minimal kita tidak pikun sejarah, kalau tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila,” tegas Gatot.
ADVERTISEMENT
Di acara tersebut, Gatot tampil membawakan tari kontemporer bersama Angga dan seorang anak bernama Syahdan.
Mereka mencoba menghadirkan fragmen pergulatan pemikiran Soekarno dengan keterwakilan gerak dari Angga. Sementara simbolisasi pewarisan nilai Pancasila kepada generasi muda diwakilkan kepada Syahdan melalui gerak pencak silat.
Ada pula seniman berdarah Dayak, Dedy Kahanuang. Dedy tampil bersama kelompoknya mengawinkan seni Sunda dan Dayak dalam satu repertoar pementasan yang simbolik.
Dedy yang kesehariannya menjadi guru SLB, ingin memperlihatkan keterwakilan keragaman melalui pendekatan seni. Baginya Pancasila memiliki peran penting untuk menanamkan nilai-nilai kesatuan dalam keberagaman masyarakat Indonesia kepada generasi muda.
“Pancasila jangan sampai hanya menjadi hafalan semata untuk siswa sekolah” ucapnya saat berdiskusi.
Dedy menegaskan kondisi saat ini sangat diperlukan penerapan Pancasila dalam pendidikan agar warga Indonesia mampu menerima perbedaan secara menyeluruh menjadi kesatuan yang harmonis antar bangsa.
ADVERTISEMENT
Peringatan itu juga menyajikan diskusi dengan pembicara Profesor Wila, Imelda dan Engkus. Mereka menegaskan pentingnya kembali menggali Pancasila dalam aspek kehidupan berbangsa.
Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan harus menjadi landasan tanpa melupakan konsep welas asih atau kasih sayang kepada siapa pun tanpa melihat latar belakang seseorang.
Acara tersebut jugatentu menjadi ruang intropeksi untuk melihat kondisi Indonesia saat ini dan beberapa waktu ke depan.
Selanjutnya, peserta melakukan pemotongan Tumpeng sebagai bentuk pelestarian tradisi bukan semata untuk merayakan Pancasila, juga mengejawantahkan nilai-nilai luhung yang terkandung di dalamnya. (Agus Bebeng)