news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Foto: Peringatan Konferensi Asia Afrika di Kampung Lio Genteng

Konten Media Partner
25 April 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan Konferensi Asia Afrika di Kampung Lio Genteng, Bandung, yang digelar Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Konferensi Asia Afrika di Kampung Lio Genteng, Bandung, yang digelar Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - 64 tahun lalu di kota yang sebelumnya tidak dilirik dunia; Bandung, telah berlangsung peristiwa besar bertajuk Konferensi Asia Afrika (KAA).
ADVERTISEMENT
Konferensi ini merupakan satu pertemuan besar bangsa-bangsa di belahan Asia dan Afrika yang memiliki gairah sama membebaskan negara mereka dari belenggu penjajahan.
KAA yang dilaksanakan di Bandung pada 18 – 24 april 1955 mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya dan bagi dunia pada umumnya.
Upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika, menjadi ruh yang menjadi tungku KAA.
Semangat pergerakan itulah yang masih menetes dalam semangat sekelompok anak muda yang tergabung dalam Sakola Ra'jat (SR) Iboe Inggit Garnasih.
SR yang merupakan sekolah informal mengedepankan nilai-nilai tradisi, seni, etika dan kesejarahan dalam pendidikannya.
Untuk menanamkan semangat KAA pada generasi muda, terutama anak-anak kecil dan remaja, SR memeringati KAA ke-64 di halaman Aula RW 05, Lio Genteng, Bandung, Rabu (24/4).
"Acara peringatan KAA ini memiliki penting menanamkan kembali nilai-nilai perjuangan dan pergerakan bangsa-bangsa Asia Afrika yang ingin menciptakan perdamaian dunia dan penghapusan koloniasme pada waktu itu, kepada generasi muda saat ini," ucap Gatot Gunawan, koordinator acara.
ADVERTISEMENT
'Unity in diversity' menjadi tema yang diangkat dalam peringatan KAA tahun ini sebagai konsep persatuan dalam perbedaan. Sementara untuk kegiatan SR sendiri mengusung judul yakni, 'Hari Solidaritas Asia Afrika'.
Solidaritas yang berasal dari kata perasaan, sifat satu rasa, atau senasib merupakan cara untuk membangun kembali rasa kebersamaan pada masyarakat dunia.
"Dalam lingkungan terkecil semisal warga di Lio Genteng, solidaritas bisa dipahami sebagai konsep kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini kita ingin menggaungkan kembali konsep kebersamaan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika" tegasnya.
Acara diisi dengan upacara, pertunjukan seni tari dan penampilan kostum peserta yang mengenakan perwakilan pakaian tradisi beberapa negara di Asia dan Afrika.
Menggunakan latar belakang spanduk besar yang diisi dengan beragam bendera negara di Asia dan Afrika seolah menjadi tugu ingatan kepada generasi muda dan warga Lio Genteng untuk memahami kembali makna solidaritas.
Kebahagiaan warga Lio Genteng sedikit terganggu ketika gerimis tipis menaburi Bandung yang mulai gelap siang itu.
Gelap dan dingin memang hadir di langit-langit Bandung. Namun ingatan akan sejarah KAA selalu menjadi tungku yang menerangi dan menghangatkan persaudaraan yang melebur batas apa pun. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT