Ratusan Warga Ramaikan Flashmob Ketuk Tilu

Konten Media Partner
1 September 2019 22:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana flashmob Ketuk Tilu di halaman Gedung Sate, Bandung, Minggu (1/9). (Foto-foto: Agus Bebeng)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana flashmob Ketuk Tilu di halaman Gedung Sate, Bandung, Minggu (1/9). (Foto-foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Ratusan orang memadati halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Minggu (1/9) pagi. Mereka bersiap mengikuti flashmob Ketuk Tilu. Acara ini diinisiasi oleh komunitas Indonesia.id, setelah mereka sukses menggelar flashmob Jakarta Cokekan dua pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza dilanjutkan dengan memanjatkan doa untuk negeri dari perwakilan lintas agama, acara kemudian diramaikan oleh tarian Ketuk Tilu. Pria wanita dari berbagai usia terlihat bersemangat menggoyangkan tubuh mereka dipimpin oleh penari utama dengan metode menari bersama. Bahkan penari mengajak warga yang melintas untuk terlibat menarikan Ketuk Tilu.
Untuk menggelar acara ini, Indonesia.id menggandeng komunitas Rumpun Indonesia di Bandung. Rumpun Indonesia yang diketuai Marintan Sirait menyambut baik tongkat esfatet merawat keberagaman lewat tari tradisional tersebut. "Tujuan acara ini untuk menggalang kembali rasa cinta budaya, menghargai keberagaman serta mengawal toleransi untuk Indonesia tercinta," kata Marintan Sirait.
Dia mengaku ditantang oleh Indonesia.id untuk menari Ketuk Tilu secara massal. "Jadi, kami Rumpun Indonesia ditantang teman-teman dari Indonesia.id, lalu kami terima. Mereka yang bergabung dalam acara hari ini hingga 700 partisipan, terdiri dari berbagai organisasi dan lembaga," ujar Marintan.
ADVERTISEMENT
Pada flashmob sebelumnya di Jakarta dua minggu lalu, Indonesia.id menggelar acara bertajuk Jakarta Cokekan di pelataran Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta.. Sekitar 300 penari turut hadir menyemarakkan flashmob yang bergulir di berbagai daerah tersebut.
Rumpun Indonesia, kata dia, menganggap flashmob tari bersama ini sebagai gerakan melestarikan budaya asli untuk menjaga Pancasila sebagai pemersatu keragaman identitas bangsa Indonesia. Alih alih memiliki keberagaman identitas lintas agama, suku, budaya, jenis kelamin, status sosial, dan pilihan identitas lainnya, bangsa Indonesia perlu menyadari rahmat yang diberi Tuhan.
"Sebenarnya Ketuk Tilu itu sebuah tarian yang merupakan cikal bakal dari tarian Jaipong. Jadi kami mencoba mengangkat kembali sesuatu yang barangkali sudah terlupakan," kata Marintan.
Dalam penjelasan panitia penyelenggara disebutkan, Ketuk Tilu adalah tarian rakyat di wilayah Priangan yang masuk dalam kategori tari pergaulan sebagai cikal bakal lahirnya tari Jaipongan. Tari khas Jawa Barat ini memiliki gerakan dinamis didasari gerakan pencak silat, yang mengandung unsur tarian, nyanyian, dan tetabuhan.
ADVERTISEMENT
Istilah ketuk tilu merujuk pada tiga buah ketuk (bonang) sebagai pengiring utama dengan pola irama rebab diiringi dua kendang, indung (besar) dan kulanter (kecil).
Berdasarkan sejarahnya, Ketuk Tilu adalah tarian dalam upacara menyambut panen padi yang bertujuan mensyukuri serta memohon keselamatan dan kesejahteraan dengan nilai kearifan lokal agar manusia dapat menghormati dan merawat alam yang telah dianugerahkan Tuhan.
Inisiator Indonesia.id, Eva Simanjuntak mengatakan, seni tari dipilih sebagai strategi budaya yang berakar dari nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga tradisi dan menggerakan kesadaran untuk mencintai keberagaman sebagai DNA Indonesia.
Dengan tarian bersama ini, Eva berharap masyarakat luas khususnya warga kota Bandung, menyadari kembali bahwa gerakan budaya adalah pemersatu perbedaan untuk menghargai keberagaman ekspresi dan menghargai toleransi di bumi Nusantara. Tidak boleh ada paksaan dalam bentuk apapun terhadap keberagaman identitas karena tidak ada satupun manusia dengan identitas tunggal di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah dimulai dari Jakarta dan dilanjutkan ke Bandung, flashmob tarian bersama akan menyambangi beberapa daerah di Indonesia. Indonesia.id selanjutnya akan menantang kota Medan.
"Selanjutnya ke Makassar, Ambon, Aceh, Papua. Di luar negeri juga ada, di Auckland dan Washington DC. Setiap daerah menarikan tarian tradisional masing-masing dan kemudian kita akan menyelenggarakan lagi untuk menyambut 28 Oktober serentak di seluruh Indonesia," ucap Eva. (Ananda Gabriel)