news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rezeki di Balik Bencana Banjir Bandung Selatan

Konten Media Partner
25 April 2019 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Edi Supriadi, pengayuh becak di Jalan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Edi Supriadi, pengayuh becak di Jalan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Usianya sudah kepala 7. Tetapi tenaga Edi Supriadi (74) seakan tidak kalah dengan yang muda. Setiap hari ia mengayuh becak di sekitar Jalan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Di saat musim banjir, ia justru semakin sibuk narik penumpang.
ADVERTISEMENT
Bagi warga kawasan Bandung selatan, banjir tahunan akibat luapan Sungai Citarum adalah bencana yang hampir mustahil dihindari. Berbagai program dilakukan pemerintah, namun banjir tetap terjadi.
Berbeda dengan Edi yang tidak sepenuhnya menilai banjir sebagai musibah, walaupun rumahnya di Jalan Dayeuhkolot juga terendam banjir. “Rumah saya sampai sini airnya,” tutur Edi, menunjukkan ketinggian air sepinggangnya, saat ditemui Bandungkiwari ketika banjir melanda kawasan tersebut, baru-baru ini.
Luapan Sungai Citarum kerap memutus akses utama dari Kabupaten Bandung menuju Kota Bandung, begitu juga sebaliknya. Kendaraan roda dua maupun roda empat yang nekat menerobos banjir, siap-siap saja mogok.
Moda transportasi yang bisa diandalkan musim banjir di Bandung selatan ialah perahu, delman dan becak, salah satunya becak yang dikayuh Edi.
ADVERTISEMENT
“Kalau banjir giliran tukang becak dan keretek (delman) yang ramai,” kata Edi, sambil menghitung laba. Ia mendapat lebih dari Rp200 ribu setelah setengah hari narik becak.
Banyak warga yang terjebak banjir dan menggunakan jasa ayah enam anak itu. Sekali tarikan, Edi mematok tarif Rp10.000. Itu pun tergantung jarak dan medan yang ditempuh. Jika jaraknya jauh dan medannya terendam air lebih dari 1 meter, biasanya Edi menentukan tarif lebih tinggi. Ada yang Rp50 ribu sekali jalan.
“Saya sih bukan ingin banjir, tapi kalau rezeki kan Allah yang ngatur,” ujar pria asal Garut yang sudah lama menetap di Dayeuhkolot tersebut.
Uang hasil narik becak selama musim banjir bisa dipakai untuk menyambung hidup rumah tangganya. Sehari-hari, ia memang mengandalkan hidup dari narik becak.
ADVERTISEMENT
Edi membandingkan pendapatannya dari narik becak antara musim banjir dan tidak. Jika tidak banjir, sulit sekali mendapat penumpang becak walau cuma seorang. “Kadang satu minggu tidak pernah narik kalau tidak banjir,” ujarnya. (Iman Herdiana)