Rindu Menanti di Halte Sastra

Konten Media Partner
17 Februari 2018 21:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rindu Menanti di Halte Sastra
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gadis-gadis Bandung tengah membaca buku yang disiapkan di dalam angkutan kota (angkot). Ada 20 angkot di Kota Bandung yang diisi dengan beragam buku oleh Komunitas Rindu Menanti. (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Tidak lazim tentunya ketika halte tempat menunggu bus tiba-tiba dipenuhi sekelompok anak muda yang sibuk membaca buku. Beberapa penjaga buku yang umumnya mahasiswa dengan santun mengajak orang yang menunggu bus membaca buku. Tentu ada yang suka dan tidak dengan buku. Beberapa orang lebih memilih gawainya ketimbang membuka lembar demi lembar buku.
Penawar buku di sela menunggu itu, tiada lain bernama Rindu Menanti. Sekelompok anak muda yang memberanikan diri melakukan gerakan literasi di ruang publik seperti halte bus. Mereka menawarkan menu membaca kepada warga baik yang menunggu angkutan umum maupun yang melintas di depan mereka.
Rindu Menanti, yang didirikan seorang lelaki bernama Rosihan Fahmi pada 11 November 2015 lalu in,i menjadikan halte sebagai ruang literasi yang mereka namakan Halte Sastra. Sebagai orang yang sering menghabiskan waktu di halte, dirinya trenyuh dengan kondisi halte yang penuh vandalisme dan kotor.
ADVERTISEMENT
“Di halte orang selalu menunggu angkutan umum. Namun dalam pikiran saya daripada menunggu tidak jelas, alangkah baiknya diisi dengan membaca. Dari situlah saya bersama teman-teman membawa buku agar lahir pula kesadaran membaca. Sekaligus memberi kesadaran bahwa menanti itu tidak selalu membosankan,” ucap Fahmi saat ditemui di Halte Sastra Jeihan pada acara Penantian Bersama “Giring Nidji” Kamis (15/2/2018).
Rindu Menanti di Halte Sastra (1)
zoom-in-whitePerbesar
Penebaran virus membaca oleh komunitas Rindu Menanti memang ditujukan untuk masyarakat luas. Komunitas ini ingin mendobrak paradigma jika masyarakat Indonesia malas membaca. Salah satu pendekatan yang mereka lakukan untuk meningkatkan minat membaca yakni secara langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Selain di ruang seperti halte bus, Rindu Menanti menyusur pula wilayah lain yang jarang bersentuhan dengan dunia literasi. Seperti membuat program Angkot Pinter (Anter) yang bekerjasama dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung. Meski gerakan Anter bukan ide murni mereka, tetapi mereka ingin melakukan perubahan perilaku membaca pada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, sebanyak 20 angkot dari lima trayek di Kota Bandung mereka isi dengan beragam buku, yang diganti setiap dua minggu sekali. Meski konsep ini ternyata berisiko karena mereka kehilangan buku.
“Buku yang hilang tidak terhitung,” ujar Alif Akbar Nugraha, salah satu pegiat komunitas Rindu Menanti. Tapi hal ini harus mereka sadari sebagai risiko karena langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Sementara itu Giring Nidji vokalis grup band Nidji melihat terharu Halte Sastra Jeihan. Selain kagum dengan gerakan literasi di Halte, Giring memandang Jeihan sebagai ikon halte itu memiliki kedekatan tersendiri dengan keluarga.
“Ada experience beda ketika baca buku,” ujar Giring ketika ditanya persoalan literasi.
Rindu Menanti di Halte Sastra (2)
zoom-in-whitePerbesar
Bagi Giring, membaca buku memberikan pengalaman bathin luar biasa karena dirinya mampu menangkap pikiran sang penulis. Giring mencontohkan ketika membaca buku karangan Pidi Baiq, dirinya mendapatkan pengalaman penulis secara tidak langsung.
ADVERTISEMENT
Sebanyak16 halte sastra Rindu Menanti yang dibuat hasil kerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Bandung memang menjadi wacana menarik dalam dunia literasi. Banyak respon yang ditujukan kepada mereka baik secara personal maupun pernyataan dalam media sosial. Namun kini Halte Sastra hanya menyisakan 9 titik.
Beberapa waktu ke depan Rindu Menanti akan kembali melakukan gerakan Halte dengan konsep yang lebih berbeda. Mereka menamakan halte tersebut sebagai Halte Insiparasi.
“Nanti sepanjang Kiaracondong sampai Gedebage, kami akan membuat Halte Inspirasi. Sebuah halte yang berisi catatan tulisan para tokoh lokal, nasional maupun tokoh dunia, beserta kutipan mereka,” ujar Fahmi. (Agus Bebeng)