Sajian Kopi Spesial dari Barista Tunanetra di Bandung

Konten Media Partner
22 Juni 2019 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sajian Kopi Spesial dari Barista Tunanetra di Bandung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Pagi itu, di salah satu ruang Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, Bandung, tercium aroma kopi. Sejumlah barista tunanetra asyik melarung menuju pelabuhan mimpi meracik kopi.
ADVERTISEMENT
Ada pulau harapan yang mereka bangun bersama selama 4 bulan berlatih menjadi barista. Tentu bukan semata demi menghasilkan sensasi rasa, lebih dari itu adalah mampu membangun masa depan baru kehidupan tunanetra dalam profesi barista.
Hari itu, memang berlangsung kegiatan Barista Experience Day. Satu kegiatan kerja sama antara BRSPDSN Wyata Guna dengan Siloam Center For The Blind Korea, yang memperlihatkan kemampuan barista tunanetra (penyandang low vision) dalam meracik kopi.
Selain menjelaskan perkembangan pelatihan barista, saat itu pun para peserta pelatihan mencoba mengajarkan kembali ilmu kopi kepada tunanetra lain.
Peserta pelatihan mengajarkan tata cara menyiapkan peralatan, sampai pengolahan kopi yang mengedepankan faktor keselamatan.
Beberapa peserta baru yang dibimbing peserta program barista, memang tampak kaku berhadapan dengan mesin kopi.
Mereka acap kali terkejut mendengar suara mesin dan sentakan motor mesin kopi. Namun di sisi lain, mereka mendapatkan pengalaman baru yang berharga dalam dunia barista.
ADVERTISEMENT
Menurut perwakilan BRSPDSN Wyata Guna, Dewi Yuliawaty, kegiatan Barista Experience Day merupakan program menjelang kelulusan para barista Juli mendatang.
Beberapa hari sebelumnya, para peserta dibuka wawasan pemahaman kopi dari hulu sampai hilir. Hal tersebut bertujuan agar mereka memahami seluk beluk kopi sehingga memiliki keinginan yang lebih pada dunia kopi.
"Harapannya setelah mereka mengikuti pelatihan ini, mereka mendapatkan terapi penghidupan. Artinya, dapat hidup mandiri menjadikan profesi barista sebagai kehidupan," imbuhnya di sela pelatihan, Rabu (19/6).
Pelatihan penambahan kemampuan barista menurutnya bukan hanya untuk program yang diselenggarakan dengan Siloam semata. Ke depan, BRSPDSN Wyata Guna telah memasukkan barista menjadi kurikulum pelatihan.
Kemampuan barista memang memiliki ruang yang terbuka saat ini. Pasar tersebut tentunya mampu dimanfaatkan jika para penyandang tunanetra memiliki pula kemampuan pada ranah meracik kopi ini.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Yayat yang mengikuti pelatihan. "Ini bisa dilakukan oleh tunanetra tentunya dengan kesiapan yang sungguh-sungguh karena ada hal yang berisiko," ucap Yayat.
Namun, hal terpenting belajar barista untuk tunanetra menurutnya adalah faktor hitungan, perasaan, dan perkiraan.
Hal tersebut dijelaskan lebih jauh ketika Yayat yang saat itu baru kali pertama berinteraksi dengan mesin kopi. Beberapa kali memang dirinya harus ekstra hati-hati dalam memutar maupun memainkan tuas kopi.
"Ada air panas di mesin itu. Tapi saya yakin tunanetra mampu melakukannya. Tinggal rutinitas dan instruktur yang terlatih dan paham pula dunia tunanetra," ujarnya seraya menikmati racikan kopi buatannya sendiri.
Sementara itu Febi Trianti, salah satu peserta, mengatakan pelatihan barista menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
"Sekarang saya tahu apa itu kopi. Sebelumnya tidak tahu apa-apa," ungkapnya.
Febi menyadari pentingnya mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru untuk dirinya dalam bidang barista. Bagaimanapun dirinya menyadari profesi barista saat ini begitu menjanjikan.
"Saya ingin teman-teman disabilitas mencoba barista. Jangan hanya ingin ada di zona nyaman saja. Hidup perlu perubahan jangan itu saja yang bisa," katanya.
Febi sendiri sebelumnya sudah memiliki kemampuan Shiatsu untuk membantu menopang kehidupannya.
"Mudah-mudahan mimpi saya terwujud. Saya ingin memiliki tempat kedai kopi dan di atasnya ada tempat Shiatsu. Kopi Shiatsu," ucapnya sambil tersipu malu.
Menggelitik memang nama Kopi Shiatsu seperti yang diungkapkan Febi. Sebuah wacana mengangkat kesejahteraan kawan-kawan tunanetra untuk mendapatkan kelayakan hidup.
ADVERTISEMENT
Percakapan dengan Febi telah usai. Mesin kopi kembali bergerak. Aroma perlawanan menyeruak memenuhi ruangan, dan mengajak merajut mimpi dalam racikan kopi. (Agus Bebeng)