Seniman Bandung Pamerkan Karya Seni Rupa Kontemporer di Lawangwangi

Konten Media Partner
23 Februari 2019 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seniman Bandung Pamerkan Karya Seni Rupa Kontemporer di Lawangwangi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Para alumni finalis Bandung Contemporary Art Award (BaCAA) memamerkan karya seni rupa kontemporernya "BaCAA ASSEMBLAGE: A re-collection of BaCAA prior finalist from 2010 - 2017" di Lawangwangi Creative Space, Bandung. Pameran ini dibuka mulai 22 Februari sampai 22 Maret 2019.
ADVERTISEMENT
Pameran ini diharapkan menambah pengetahuan mengenai wacana seni rupa kontemporer dan bagaimana praktik seni rupa kontemporer mereka kerjakan dalam upaya kontribusi mereka terhadap perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia.
Pameran diselenggarakan Artsociates, sebuah lembaga yang menyelenggarakan anugerah seni kepada seniman muda Indonesia pilihan, yaitu Bandung Contemporary Art Award.
BaCAA adalah sebuah penghargaan seni yang bertujuan merangsang perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia dan berupaya meningkatkan partisipasi para peraih penghargaan seni ini dalam kancah seni rupa internasional. Penghargaan ini ditujukan bagi perupa muda berpotensi yang aktif memamerkan karya seninya baik di galeri, ruang publik atau ruang-ruang alternatif.
Pameran ini mengusung politik media yang dipilih secara politis oleh para seniman ini. Tentu saja politik yang dimaksud bukan politik dalam konteks pemilihan Presiden dan Legislator, tetapi politik dalam pengetahuan seni.
ADVERTISEMENT
"Kesuksesan para seniman-seniman yang pernah mengikuti BaCAA ini membuat saya berkeinginan untuk mengadakan sebuah pameran bersama bagi para Finalis BaCAA. Hingga akhirnya ide untuk menyelenggarakan pameran bersama dengan mengundang seniman-seniman pemenang dan beberapa finalis pun muncul," kata Andonowati, dalam siaran pers yang diterima Bandungkiwari, Sabtu (23/2).
Pameran reuni alumni BaCAA ini merupakan sebuah upaya untuk menunjukkan bahwa BaCAA sudah menjadi eksosistem seni rupa kontemporer Indonesia. Pameran ini tidak lagi mengusung isu mengenai seniman muda dalam perkembangan seni rupa kontemporer tetapi justru distribusi pengetahuan mengenai praktik seni rupa kontemporer.
Rizki Ahmad Zaelani, salah satu kurator Galeri Nasional Indonesia yang menjadi kurator pameran ASSEMBLAGE ini mengatakan bahwa karya seni kontemporer karya seniman BaCCAA ini bisa diperbandingkan dengan platform kontemporer yang ada di sana (global, dunia).
ADVERTISEMENT
“Dengan cara begitu, makin ke sini karya peserta BaCAA menguatkan kemunculan karya yang referensial, kalau tidak referensial bagaimana karyanya bisa bersaing secara global. Dan bisa dikatakan bahwa karya-karya yang dipilih oleh para juri cenderung menampilkan karya-karya conceptual art,” Rizki.
Andonowati selaku direktur Artsociates juga penggagas dan penyelenggara BaCAA, selalu mengharapkan anugerah-anugerah BaCAA ini dapat menjadi relevan dengan perkembangan dunia seni rupa ke depan di dunia, dan khususnya di Indonesia.
"Saya menyaksikan kreativitas tanpa ada batas: bagaimana ide yang abstrak, ekspresif, kritis, dan terkadang kontroversial, dapat diwujudkan oleh para perupa muda dalam bentuk karya seni yang segar dan menggugah. Seperti yang diharapkan, banyak partisipan BaCAA dari tahun-tahun sebelumnya berhasil mengembangkan jenjang karirnya menuju arah yang lebih baik dan menjanjikan. Ini terlihat dari partisipasi-partisipasi mereka pada perhelatan seni rupa penting, berupa pameran di galeri yang tersohor, art fair dan biennale, baik dalam skala nasional maupun internasional," terang Andonowati.
ADVERTISEMENT
Pameran BaCAA dengan tajuk ASSEMBLAGE di Lawangwangi Creative Space ini diikuti oleh seniman-seniman muda yang sudah dikenal di seni rupa global, antara lain: Aditya Novali, Anggun Priambodo, Erianto dan Erwin Windu Pranata dari BaCAA #1. Eddy Susanto, Octora, Yusuf Ismail dan Patriot Mukmin dari BaCAA #2.
Muhammad Akbar, Mujahidin Nurrahman, Syariful Aulia Garibaldi dan Patricia Untario Cecilia dari BaCAA #3. Aliansyah Caniago, Agan Harahap, Eldwin Pradipta, Faisal Habibi, Harits Rasyid Paramasatya, Maharani Mancanagara dan Muhammad Vilhamy dari BaCAA #4. Cynthia Delaney, Deni Ramdani, Etza Meisyara, Geugeut Pangestu, Restu Taufik Akbar, Ricky Janitra dan Yovista Ahtajida dari BaCAA #5.
Pameran BaCAA ASSEMBLAGE yang dikuratori oleh Asmujo J. Irianto dan Rizky A. Zaelani ini memamerkan karya-karya baru dari para seniman yang diundang, selanjutnya kita bisa melihat perkembangan kekaryaan dari para seniman yang pernah menjadi juara atau jadi finalis Bandung Contemporary Art Award dari edisi pertama hingga kelima. Karya-karya yang disajikan boleh jadi merupakan pencapaian artistik terkini dari seniman Indonesia pilihan ini.
ADVERTISEMENT
Anugerah BaCAA dapat terselenggara dengan baik mulai dari edisi pertama hingga yang kelima ini disebabkan oleh keikutsertaan para Juri yang qualified yang terdiri dari kurator di Indonesia dan Singapore, kolektor di Indonesia, galeris dari Perancis, seniman-seniman Indonesia yang sudah mapan, serta penulis seni yang konsen pada perkembangan seniman perempuan.
Mereka adalah Agung Hujatnikajennong, Agus Suwage, Asmudjo J. Irianto, Carla Bianpoen, Edouard Mornaud, Hendro Wiyanto, Mella Jaarsma, Michael Janssen, Rifky Effendy, Syakieb A. Sungkar, Susan Baik, Tan Siuli, Valentine Willie, Syakieb Sungkar dan Wiyu Wahono.
Asmudjo Jono Irianto menjelaskan bahwa seni rupa kontemporer Indonesia yang dihasilkan oleh kompetisi BaCAA memberikan tanda bahwa seniman-seniman alumni BaCAA dianggap dekat dengan masyarakatnya, tetapi masih ada persoalan, yaitu, daya serap atau apresiasi publik terhadap karya-karya yang dihasilkan mereka. Jarak pemahaman atau pengertian mengenai praktik seni rupa kontemporer antara seniman dan masyarakatnya masih belum sesuai dengan harapan para seniman, karena publik masih ada jarak intelektual antara seniman dengan karyanya dengan publiknya.
ADVERTISEMENT
Apakah BaCAA efektif dalam distribusi pengetahuan seni kontemporer kepada publik? Menurut Rizki, BaCAA memang efektif untuk penyebaran pengetahuan itu tapi untuk memasyarakatkan pengetahuan dan pengertian itu membutuhkan instrumen lainnya.
“Tapi minimal BaCAA ini menjadi satu jalan untuk seniman, sehingga produksi seniman berjalan, tanpa award ini seniman tidak memiliki ruang kompetisi atau lawan tanding. Jadi Andonowati sudah mengerjakan pekerjaannya dengan memilihkan seniman terlepas dari orang setuju atau tidak dengan pilihan juri. Prinsipnya BaCAA ini memang menempuh jalur paling jauh dari seni rupa kontemporer, yaitu pemahaman,” tambah Rizki Ahmad Zaelani.
“Seniman-seniman yang sudah pernah jadi finalis dan pemenang atau alumni Bandung Contemporary Art Award sudah banyak berpartisipasi di dalam pameran-pameran di Indonesia dan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa seni rupa kontemporer Indonesia dan seniman alumni BaCAA sudah diperhitungkan karyanya di dunia seni rupa kontemporer global,” kata Wiyu Wahono, kolektor dan salah satu Dewan Juri BaCAA.
ADVERTISEMENT
Artsociates sudah menyelenggaraan BaCAA yang dilaksanakan per dua tahun sebanyak lima kali. BaCAA #1 dimulai pada tahun 2010-2011, BaCAA #2 di tahun 2012, BaCAA #3 di tahun 2013, BaCAA #4 pada tahun 2015 dan BaCAA #5 pada tahun 2017. Lalu, mengapa pameran BaCAA dengan tajuk ASSEMBLAGE ini diselenggarakan dalam situasi ekonomi dan politik yang makin panas? Rupanya, Andonowati memiliki pandangan sendiri yang menunjukkan bahwa karya seni yang diproduksi oleh seniman-seniman kontemporer ini bisa berhasil dan akan diapresiasi dengan baik oleh penikmat seni dan stake-holder seni rupa kontemporer di Indonesia dan internasional.
Usai pameran BaCAA ASSEMBLAGE ini, Artsociates akan menyelenggarakan BaCAA edisi keenam pada tahun 2019 ini. Proses seleksi akan dibuka dari bulan Februari hingga bulan Juli 2019. Dan penganugerahan BaCAA #6 akan kami laksanakan pada bulan September 2019 ini. Usai peluncuran BaCAA #6 sejumlah mahasiswa seni dari berbagai perguruan tinggi di Bandung mengisi formulir pendaftaran kompetisi seni rupa kontenporer BaCAA dengan potongan biaya pendaftaran.
ADVERTISEMENT
Minat para seniman muda cukup antusias sembari menikmati karya seni rupa kontemporer Indonesia terkini yang disajikan oleh 26 alumni BaCAA di Lawangwangi Creative Space. (Iman Herdiana)