Terowongan Curug Jompong Selesai Tahun Ini, BBWS Tak Khawatir Sedimentasi Saguling

Konten Media Partner
14 Januari 2019 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terowongan Curug Jompong Selesai Tahun Ini, BBWS Tak Khawatir Sedimentasi Saguling
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Olahraga arung jeram (rafting) di Sungai Citarum. (Iman Herdiana)
BANDUNG, bandungkiwari - Pembangunan terowongan di Curug Jompong, Kabupaten Bandung, ditargetkan selesai tahun ini. Kekhawatiran ahli mengenai sedimentasi yang mengancam waduk Saguling akibat proyek ini, diklaim sudah diantisipasi.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Bob Arthur Lambogia, mengklaim pihaknya sudah mengantisipasi sedimentasi akibat turunnya dasar sungai sebagai dampak dari pembangunan terowongan curug Jompong. Salah satu antisipasinya dengan melakukan pengerukan dan pelebaran di huku sungai Citarum dan anak-anak sungainya, seperti sungai Cisangkuy.
“Sudah, di atas kita sudah ada penanganan kayak ci sangkuy, itu sudah dilakukan pengerukan-pengerukan dan pelebaran kapasitas tamping,” kata Bob, saat ditemui di kampus ITB, baru-baru ini.
Pembangunan terowongan air atau tunnel Curug Jompong, dinilai memiliki resiko besar terhadap waduk Saguling maupun di anak-anak sungai Citarum. Kekhawatiran ini disampaikan pemerhati lingkungan Bandung, T Bachtiar.
Pakar dari Kelompok Riset Cekungan Bandung ini mengatakan proyek terowongan tersebut akan menimbulkan banjir lumpur. Sedangkan anak-anak sungai Citarum akan tererosi sehingga beresiko menggerus pondasi jembatan maupun rumah-rumah di pinggir sungai.
ADVERTISEMENT
Pembangunan terowongan air yang dilakukan pemerintah pusat dan BBWS Citarum itu tujuannya untuk melancarkan air sungai Citarum yang tertahan di Curug Jompong karena kurangnya tingkat kemiringan sungai. Hal ini turut berkontribusi pada banjir luapan sungai yang melanda kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya.
Menurut T Bachtiar, rencana pembangunan terowongan air sebenarnya dampaknya akan sama dengan penyodetan Curug Jompong yang sebelumnya sempat diwacanakan.
“Jadi terowongan atau diturunkan sebetulnya sama saja akan memindahkan endapan dari Curug Jompong, Dayeuhlolot dan dari arah hulu-hulunya. Pertanyaannya, siap tidak Saguling?” kata T Bachtiar yang juga aktivis komunitas Geotrek.
Ia memprediksi, jika terowongan dibikin akan mengalirkan jutaan meter kubik lumpur dari sungai menuju Saguling yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari Curug Jompong. Jika hal itu terjadi, maka Saguling dikhawatirkan akan kering karena sedimentasi. Ini tentu menjadi ancaman serius mengingat waduk ini menjadi pemasok listrik bagi Jawa-Bali.
ADVERTISEMENT
Menurut Bob, pembangunan terowongan sudah dipertimbangkan matang-matang. Dalam melakukan kajian, pihaknya juga menggandeng sejumlah pakar dari universitas. Misalnya untuk menguji kestabilan tanah, BBWS Citarum menggandeng pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Pembangunan terowongan Januari ini akan kebut. “Akhir tahun 2019 beres,” kata Bob. (Iman Herdiana)