Tes Dini Bisa Cegah Kasus HIV

Konten Media Partner
1 Desember 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi (Foto: shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi (Foto: shutterstock)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Penularan HIV saat ini tidak hanya berfokus terjadi pada kelompok populasi kunci, seperti wanita pekerja seks ataupun pengguna jarum suntik. Namun populasi umum juga sudah terpapar dan jumlahnya cenderung bertambah, antara lain ibu rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Barat menyebutkan, ibu rumah tangga di Jawa Barat yang tertular kini telah mencapai 10 persen. Bahkan, dibandingkan dengan wanita pekerja seks, angka HIV pada ibu rumah tangga lebih tinggi 3-5 kali lipat.
Ketua Sekretariat KPA Jawa Barat, Iman Teja Rachmana menyebutkan, solusi dari kondisi tersebut adalah komunikasi dan pelaksanaan tes HIV sejak dini. "Mulailah terbuka dengan pasangan. Kalau sebelum menikah lakukan tes, tidak untuk memisahkan, tapi untuk sedini mungkin mengetahui," ujar Iman, di Bandung, Kamis (28/11), sebelum digelarnya The Indonesian AIDS Conference 2019.
Iman menambahkan, ketika seseorang mengetahui status HIV-nya sejak dini, maka program perlindungan pun dapat segera dilakukan pada pasangannya. "Kalau itu pada wanita, si anaknya akan kita pastikan, hampir 93 persen berhasil lahir dengan HIV negatif kalau sedini mungkin bisa diketahui," ungkap Iman.
ADVERTISEMENT
Tes HIV ini dilakukan melalui tes darah. Pengelola Program HIV di Provinsi Jawa Barat, Rosi Nurcahyani menegaskan, masyarakat tidak bisa melakukan diagnosa pribadi terhadap diri sendiri ataupun orang lain perihal status HIV hanya berdasarkan ciri-ciri fisik.
Menurut Iman, wanita di kelompok berisiko disarankan untuk melakukan tes HIV secara rutin, yaitu enam bulan sekali. Sementara, bagi yang tidak berada di kelompok berisiko cukup satu kali melakukan tes HIV. "Hampir di semua puskesmas sudah bisa dan gratis," tuturnya.
Masyarakat pun tak perlu ragu untuk melakukan tes ataupun mengakses layanan HIV. Pasalnya, Iman menyatakan, bahwa tidak akan ada stigma dari para tenaga medis kepada masyarakat yang ingin mengakses layanan HIV. "Itu selesai di mereka kok rahasia (data) itu, enggak akan kemana-mana," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut Rosi, 54 persen infeksi baru HIV ditularkan oleh orang yang tidak mengetahui statusnya (HIV positif), termasuk di dalamnya adalah ibu rumah tangga. Rosi juga menyebutkan adanya kenaikan data kasus infeksi HIV di Jawa Barat. "Dari tahun 2016, 2017, 2018, itu trennya naik, di angka lima ribuan," ujarnya.
Bahkan, data infeksi HIV di Juni 2019 telah mencapai 2.700 orang. "Itu memang epidemi yang terjadi sekarang," ujar Rosi. Berbagai program, seperti akselerasi obat ARV pun dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, guna mencegah kasus HIV tersebut beranjak menjadi AIDS. (Assyifa)