Tiga Tanda Tanya Untuk Sesar Gempa Lembang

Konten Media Partner
10 September 2018 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tiga Tanda Tanya Untuk Sesar Gempa Lembang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ilustrasi tembok retak. (Iman Herdiana)
BANDUNG, bandungkiwari – Aktivitas patahan atau sesar gempa bumi Lembang yang membentang 29 kilometer dari Lembang sampai Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, sempat memicu perdebatan di kalangan para ahli. Namun seiring meningkatnya penelitian, perdebatan itu surut.
ADVERTISEMENT
Menurut peneliti dari Kelompok Keahlian Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano, setidaknya ada tiga hal yang sudah diketahui terkait aktivitas sesar Lembang.
“Bahwa zaman dulu ini (sesar Lembang) masih perdebatan apakah aktif atau tidak. Tapi kemudian pengetahuan sekarang perdebatan itu semakin berkurang dan kita sepakat aktif, itu yang sudah kita ketahui sekarang,” katanya.
Kedua, lanjut dia, magnitude atau kekuatan goncangan gempa maksimal sesar Lembang juga sudah diketahui. Dan ketiga, penelitian juga sudah mengetahui dampak apabila terjadi gempa sesar Lembang.
Namun masih ada ada tiga hal lagi terkait aktivitas sesar Lembang yang masih memerlukan jawaban. “Paling tidak saya belum tahu, untuk tidak mengeneralisir,” katanya.
Tiga hal tersebut, pertama belum diketahui pembagian detail dari masing-masing segmen sesar Lembang. Sebab, sebagaimana sesar gempa umumnya, sesar Lembang pun terbagi ke dalam beberapa segmen. Sehingga perlu diketahui detail masing-masing segmen tersebut.
ADVERTISEMENT
“Segmen ini bergerak berapa, ini bergerak berapa, kita belum tahu. Ada yang sudah tuntas ada yang belum tuntas,” katanya.
Kedua, lanjut dia, pihaknya juga belum tahu periodeisasi dari masing-masing segmen sesar Lembang. Dalam penelitian kegempaan, mengetahui periodesasi suatu segmen gempa sangatlah penting.
“Cerita besarnya kita sudah tahu, ada tren 1.400 tahun pernah terjadi, 400 tahun pernah terjadi, tapi setiap bagian kita belum mengetahui,” ungkapnya.
Hal ketiga lainnya yang belum diketahui ialah detail dari setiap wilayah terdampak bencana sesar Lembang. Sejauh ini pihaknya, kata Irwan, baru bisa menghitung resiko dalam skala regional sampai kecamatan.
“Tapi kalau dalam skala desa itu kita belum tahu. Karena kita belum bekerja lebih keras,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, untuk menyikapi pengetahuan dan hal yang belum diketahui soal sesar Lembang, perlu kerja sama berbagai pihak, baik peneliti maupun pemerintah. Sebab bicara gempa bumi harus menjadi komitmen bersama. “Bukan hanya peneliti. Pemerintah pun memberikan support yang maksimal,” tandasnya. (Iman Herdiana)