Tsunami Banten Sebagai Peristiwa Langka, Ini Analisa PVMBG

Konten Media Partner
25 Desember 2018 9:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tsunami Banten Sebagai Peristiwa Langka, Ini Analisa PVMBG
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Gambar dari udara kondisi Anak Gunung Krakatau. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan tsunami yang terjadi di Anyer, Banten, merupakan peristiwa langka. Sangat sulit memperkirakan pemicu tsunami akibat longsoran bagian gunung api Anak Krakatau.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Sri Hidayati mengatakan, penting untuk memastikan pemicu tsunami di tengah Selat Sunda.
Sri menuturkan diperlukan pemasangan peralatan pemantau semisal stasiun pasang surut di pulau sekitar Gunung Anak Krakatau maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh.
"Tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material Gujung Anak Krakatau (flank collapse) khususnya di sektor Selatan dan Barat Daya," ujar Sri dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12/2018).
ADVERTISEMENT
“Namun, masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berperan,” lanjut Sri.
Sri melanjutkan sebelum kejadian tsunami, erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi secara menerus sejak Juni 2018 dan berfluktuasi, tetapi tidak ada peningkatan intensitas yang signifikan.
Berdasarkan katalog tsunami yang ditulis S.L. Soloviev dan Ch.N. Go pada tahun 1974, wilayah Selat Sunda beberapa kali dilanda tsunami yang dipicu oleh gempa bumi pad tahun 1722, 1852, dan 1958.
Sedangkan tsunami akibat erupsi atau aktivitas Gunung Krakatau di tahun 416, 1883, dan 1928. Untuk penyebab lain tsunami yang belum diketahui yaitu pada tahun 1851, 1883 dan 1889.
"Hingga saat ini erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung menerus, masyarakat di pesisir barat Banten dan pesisir selatan Lampung agar tetap waspada, dan untuk sementara waktu tidak beraktivitas di wilayah yang terlanda tsunami hingga kondisi memungkinkan," kata Sri.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengamatan stasiun pasang surut Badan Informasi Geospasial (BIG) di Stasiun Marina Jambu, Desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten diperoleh informasi mengenai waktu tiba dan tinggi gelombang pertama, saat tsunami terjadi pada hari Sabtu (22/12/2018) lalu tiba pada pukul 21.27 WIB dengan ketinggian 1,4 meter. Sementara data dari Stasiun Banten Pelabuhan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten, tsunami tiba pada pukul 21.40 WIB, dengan ketinggian 0,27 meter.
Stasiun Kota Agung Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, mencatat tsunami tiba pada pukul 21.35 WIB, dengan ketinggian 0,31 meter. Sementara Stasiun Panjang Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, Lampung, tsunami tiba pada pukul 21.27 WIB, dengan ketinggian 0,36 meter.
Akibatnya tsunami menerjang kawasan pantai barat Provinsi Banten dan Pantai Selatan Provinsi Lampung.
ADVERTISEMENT
Tsunami yang menelan korban meninggal ratusan orang itu juga meluluhlantakkan bangunan serta rumah warga di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lampung Selatan. Sebanyak 556 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat dan 60 warung hancur diakibatkan terjangan tsunami. (Arie Nugraha)