Tukang Sablon Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar

Konten Media Partner
22 Mei 2018 8:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tukang Sablon Ubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Alat konversi sampah plastik ke bahan bakar buatan Dimas Bagus Wijanarko. (Utara Jaya)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Sampah plastik menjadi masalah yang hingga kini belum bisa terpecahkan. Dimas Bagus Wijanarko memberikan harapan itu dengan mengolah sampah plastik jadi bahan bakar.
Sejak 2014, Dimas memulai riset dengan mencari banyak referensi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar. Setelah itu, dia mencoba membuat sebuah alat pengolahan dari barang-barang bekas di sekitarnya.
Menurut Dimas, metode mengubah plastik menjadi bahan bakar sudah dipakai di Jepang.
"Alat ini sebenarnya bukan ciptaan saya, saya hanya merakit dan membuat, metode ini sudah ada di Jepang sejak puluhan tahun lalu," kata Dimas saat menunjukan alat ciptaannya di halaman kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Jalan Sadang Serang, Senin (21/5/2018).
ADVERTISEMENT
Dimas menggunakan metode destilasi kering, di mana sampah plastik yang sudah bersih dimasukkan ke dalam tabung reaktor. Kemudian, di bawah tabung reaktor diberi pembakaran untuk ‎memanaskan plastik hingga mencapai titik didih berkisar di antara 250-400 derajat celcius sampai menghasilkan uap.
Lalu uap hasil pembakaran plastik ‎ini masuk pada kondensor atau sistem pendingin sampai akhirnya keluar dari selang sudah berbentuk bahan bakar. Waktu yang diperlukan mulai dari pembakaran hingga tetesan pertama berkisar anatara 5 - 10 menit.
"Semua jenis plastik mempunyai kandungan minyak, dan dari beberapa artikel yang saya pelajari‎ sampah plastik ini bisa menjadi minyak. Plastik itu bisa menghasilkan Solar, premium dan minyak tanah, ketika mengolah baik itu bisa," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dimas menjelaskan, kapasitas alat buatannya bisa menampung 3 kg sampah plastik kering. Untuk sampah plastik yang sudah dicacah, alat tersebut bisa menampung hingga 5 kg. Dari 2-3 kg sampah ,bisa menghasilkan satu liter bahan bakar.
"Gas yang dihasilkannya juga itu propylene tapi tidak berbahya, tidak akan meledak atau mengeluarkan gas beracun, karena gas propylene berwarna berbau tapi tidak beracun, berbeda dengan plastik yang dibakar langsung,‎" ujar pria beruis 42 ini.
Sudah tak terhitung berapa kali percobaan yang dilakukan oleh Dimas untuk penyempurnaan alatnya. Pria yang kesehariannya beraktivitas sebagai tukang sablon ini juga telah berkali-kali terancam keselamatannya.
‎"Pernah kena minyak panasnya karena ada kebocoran tabung, terus kompornya pernah meledak, terus pas buka tabung keluar api. Memang rersiko terburuk sudah kita pikirkan juga," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lewat alat ciptaannya ini, Dimas bertekad untuk terus mengurangi sampah plastik. Menurutnya, Indonesia menempati peringkat kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik, peringkat pertama China (Tiongkok).
“Kita itu di lautan sampah plastik 180 juta ton, lalu 95 juta ton‎ sampah plastik di darat," sebutnya. (Utara Jaya)