Video Pameran Putu Wijaya di Bandung dan Humor ala Gusdur

Konten Media Partner
26 Maret 2019 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putu Wijaya. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Putu Wijaya. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Putu Wijaya merupakan seniman tak kenal lelah dalam berkarya. Di usianya yang mendekati 75 bulan April nanti, dia masih aktif berkesenian.
ADVERTISEMENT
Acaranya terbaru yang ia ikuti ialah rangkaian "Bertolak Dari Yang Ada" yang digelar di Bandung awal Maret lalu.
Acara ini terdiri dari pameran karya-karya sastrawan kelahiran Bali 11 April 1944 tersebut, workshop, seminar, sampai pementasan teater di mana Putu Wijaya sendiri ikut main walau sudah memakai kursi roda. Berikut adalah video "Bertolak Dari Yang Ada" yang berlangsung di di Gedung YPK/PPK, Jalan Naripan, Bandung:
Pemikiran Putu Wijawa pun dibedah dalam seminar “Mengaji Kreativitas Putu Wijaya” dengan pembicara Lina Meilinawati, Herry Dim, Putu Fajar Arcana, dan Asep Salahudin.
Menurut pengurus NU Jabar yang juga dosen UIN SGD Bandung, Asep Salahudin, karya-karya Putu Wijaya khususnya cerpen mengingatkan pada pemikiran Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (Presiden keempat RI).
ADVERTISEMENT
“Ada kemiripan karya PW (Putu Wijaya) dengan Gus Dur,” kata Asep. Humor PW diselipkan dalam lakon teater, novel maupun cerpennya.
“Gus Dur dan PW ingin kembalikan manusia sebagai manusia yang bermain. Sebab inti kebudayaan adalah permainan. Di tangan PW dan Gus Dur kata dimainkan dan dikendalikan. Keduanya mampu mengendalikan kata, bukan dikendalikan kata,” papar Asep Salahudin.
Ia mengambil contoh cerpen PW berjudul “SDSB” (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah) yang bercerita tentang seorang pria jelata yang keranjingan nomor lotre yang marak diperdagangkan di zaman Orde Baru. Si pria tersebut sangat berharap bisa kaya mendadak lewat nomor kode. Namun setelah habis-habisan memasang nomor, ternyata dia malah makin melarat. Dia prustasi sampai mabuk-mabukan. Saat itulah istrinya datang untuk menyadarkan. Pria itu kemudian kembali ke rumah dengan kesadaran baru, bahwa ia harus menyayangi keluarga walau hidup melarat.
ADVERTISEMENT
“Cerpen SDSB kesimpulannya di luar dugaan, bahwa SDSB cara ampuh untuk menciptakan rumah tangga bahagia,” katanya.
Humor berbau satir tersebut menurutnya sebagai metanaratif yang biasa dilontarkan Gus Dur lewat humor-humor sufistiknya. (Iman Herdiana)