Walhi Jabar: Lebih dari 12 Kasus Rakyat Jadi Korban Konflik Lingkungan

Konten Media Partner
11 Desember 2018 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Walhi Jabar: Lebih dari 12 Kasus Rakyat Jadi Korban Konflik Lingkungan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Hukum. (Pixabay)
BANDUNG, bandungkiwari – Selama 2018, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat mencatat lebih dari 12 kasus terkait lingkungan di mana rakyat menjadi korbannya.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 12 kasus tersebut terkait pencemaran lingkungan hidup, konflik dan sengketa lingkungan hidup, bencana lingkungan hidup dan perampasan ruang hidup, kata Direktur Walhi Jabar Dadan Ramdan, kepada Bandungkiwari.com.
Dadan mengatakan, perjuangan rakyat dilakukan melalui jalur politik maupun hukum. Berikut adalah 12 kasus lingkungan yang didampingi Walhi Jabar:
1 Warga Sinaresmi yang tergabung dalam Forum Warga Sinaresmi Melawan (FWSM) masih berjuang melawan kebijakan buruk pembangunan pabrik semen yang telah memberikan dampak pencemaran lingkungan hidup;
2 Warga Jaringan Tanpa Asap Indramayu (Jatayu) Indramayu masih terus berjuang mempertahankan tanah, sawah dan pesisir sampai meja pengadilan. Mereka berjuang untuk menolak pembangunan PLTU Batubara.
3 Rakyat Antajaya terus berjuang untuk mempertahankan hutan dan resapan-resapan air dari bisnis tambang andesit di kawasan hutan gunung Kanaga di kaki gunung Sanggabuana;
ADVERTISEMENT
4 Rakyat Cibitung Sukabumi Selatan terus melawan praktik pertambangan pasir besi yang telah merusak pesisir pantai dan hutan;
5 Rakyat Desa Mekarsaluyu Kecamatan Cimenyan berjuang melawan keserakahan perusahaan yang mengupas bukit resapan air di kawasan Bandung Utara;
6 Rakyat korban pembangunan Waduk/DAM Jatigede masih terus berjuang mendapatkan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya paska-3 tahun penenggelaman waduk tersebut (2015);
7 Rakyat di Sumedang masih berjuang melawan penggusuran reaktivasi pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung;
8 Rakyat korban megaproyek Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Jakarta-Bandung hingga saat ini masih berjuang untuk mendapatkan keadilan atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya;
9 Rakyat korban penggusuran pembangunan di Taman Sari Bandung masih berjuang mendapatkan keadilan;
10 Rakyat Pangandaran sedang berjuang melawan penebangan pohon dan ekspansi pabrik semen dan pertambangan karst serta pencemaran limbah pabrik;
ADVERTISEMENT
11 Rakyat korban penggusuran kolam retensi Cieunteung Baleendah masih berjuang untuk mendapatkan hak-hak pemulihan ekonomi dan sosial;
12 Rakyat Cileungsi, Kabupaten Bogor, terus berjuang melawan pencemaran sungai Cileungsi oleh praktik pembuangan limbah pabrik.
Jumlah kasus tersebut yang ditangani Walhi Jabar. Program pendampingan Walhi Jabar masih terus berjalan. Sehingga jumlah tersebut kemungkinan besar bertambah.
Selain itu, Dadan menyatakan masalah lingkungan yang melibatkan rakyat sebagai korbannya diprediksi masih akan terjadi di 2019 mendatang.
“Rakyat Jabar akan terus berhadapan dengan perampasan ruang hidup dan ancaman kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup seiring dengan keluarnya keputusan politik pembangunan dari pemerintah pusat dan daerah,” kata Dadan.
Ancaman lingkungan hidup ke depan, lanjut dia, masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni konflik dan sengketa pembangunan, konflik agraria dan lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
Terlebih saat ini pembangunan industri di Jabar diperluas, meliputi wilayah utara dan selatan, pertambangan di Jabar selatan, pembangunan infrastruktur skala besar seperti jalan-jalan tol baru, waduk, PLTU, dan masifnya pembangunan properti.
Dadan menilai, pola pembangunan saat ini tidak mengarusutamakan hak asasi manusia dan lingkungan hidup, masih mengarusutamakan investasi finanial dan akumulasi modal. (Iman Herdiana)