Dekranasda NTT Tarik Wisatawan lewat Festival Sarung dan Musik Tahunan

Slow But Sure
Konten dari Pengguna
4 Maret 2019 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Festival Sarung dan Musik sebagai agenda rutin tahunan, diharapkan dapat menaikkan minat wisatawan. Dok. Dekranasda NTT
zoom-in-whitePerbesar
Festival Sarung dan Musik sebagai agenda rutin tahunan, diharapkan dapat menaikkan minat wisatawan. Dok. Dekranasda NTT
ADVERTISEMENT
KUPANG-NTT, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT), Julie Sutrisno Laiskodat, memastikan akan menjadikan Festival Sarung dan Musik sebagai agenda rutin tahunan. Kepastian itu mengacu pada suksesnya Festival Sarung dan Musik NTT di arena Car Free Day di Kota Kupang, NTT, yang digelar pukul 6.00 hingga 10.00 WITA, Sabtu (2/3).
ADVERTISEMENT
Saat itu, ribuan warga tumpah ruah di sepanjang Jalan El Tari, Kupang. Mereka antusias mengikuti kegiatan akbar yang baru pertama kali digelar di NTT itu. Festival tersebut menampilkan 10.000 peserta yang menari bersama dengan mengenakan berbagai kain tenun ikat tradisional hasil karya masyarakat Flores, Sumba, Timor, dan Alor (Flobamora).
Suasana Festival Sarung dan Musik di Kupang, NTT menjadi daya pikat bagi wisatawan untuk datang. Dok. Dekranasda NTT
Tak hanya itu, sebanyak 1.800 pelajar memandu tarian massal Flobamora, seperti Gawi, Dolo-Dolo, Jai, dan Tebe. Selama festival digelar, panitia juga menghadirkan bazar aneka makanan serba kelor dari UMKN, lalu ada instalasi tenun, paduan suara pelajar yang diikuti 2.000 orang, musik tradisional, serta olahraga bersarung.
“Ini luar biasa. Walau baru pertama kali digelar, tetapi antusias masyarakat tinggi. Mereka datang meramaikan dan menampilkan tenun-tenun yang luar biasa kayanya hasil warisan leluhur. Karyanya bervariasi dari 22 kabupaten,” tutur Julie di sela-sela festival.
Sarung tenun yang dibuat oleh masyarakat lokal mempunyai nilai historikal bagi masyarakat di Kupang. Dok. Dekranasda NTT
Menurut Julie, festival tersebut juga bisa menjadi momentum persatuan masyarakat NTT. "Bukan hanya kain tenun yang bervariasi, tetapi melalui kegiatan itu, masyarakat NTT ingin menunjukkan kepada publik nasional dan internasional bahwa masyarakat NTT bersatu, baik etnis, agama, dan sebagainya," ujar Julie pada Minggu (3/3).
ADVERTISEMENT
Hal itu sesuai tema yang diusung, yakni “Sarung Tenun Ikat NTT Identitas Budaya, Pemersatu Bangsa”. Kegiatan itu digelar Dekranasda NTT bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT.
“Ini NTT, ini kita untuk NTT. Kita tunjukkan ke nasional dan internasional, bahwa NTT bersatu menampilkan seluruh kekayaan budanyanya. Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung. Kegiatan ini kami gelar memang tanpa budget, tanpa biaya, tetapi kita bisa melaksanakan seperti ini, sebuah perkara yang sangat besar,” tuturnya.
Ia menambahkan, Dekranasda NTT akan terus menggelar kegiatan itu secara rutin tiap tahunnya. Tentunya dengan dukungan dari Pemprov NTT, terutama atas dorongan Gubernur NTT, Victor Laiskodat.
Sejumlah peserta festival juga berharap kegiatan itu bisa digelar tiap tahun. Seperti disampaikan Gratia Zacharias, siswa SMKN 1 Kupang. Selain itu, menurutnya, kegiatan itu bukan hanya menyenangkan, tetapi sebagai upaya memperkenalkan budaya NTT kepada masyarakat luas. Ia berharap Festival Sarung dan Musik NTT bisa dilanjutkan secara rutin.
ADVERTISEMENT
“Tujuannya agar masyarakat NTT bisa mengenal budaya NTT melalui sarung dan musik,” ujarnya kepada wartawan.
Hal senada dikatakan Julianet Nope, salah satu peserta lainnya asal Kupang. “Jika acara ini dilakukan secara rutin, maka akan tumbuh rasa memiliki budaya NTT baik sarung maupun musik khas NTT,” ujar Julianet kepada wartawan di sela-sela festival.
Sebelumnya Julie Laiskodat menjelaskan, festival itu menampilkan kain tenun ikat hasil kreasi kaum perempuan di seluruh pelosok Flobamora yang beraneka ragam serta sarat pesan kearifan lokal yang unik.
“Kami ingin mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya penenun. Juga untuk membangkitkan kebanggaan di kalangan generasi muda dan kaum milenial terhadap kain sarung NTT,” ujar Julie.
Ia menjelaskan, pihaknya akan terus mengupayakan agar tenun ikat NTT diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan, Julie yang juga istri Gubernur Victor Laiskodat itu dikenal sebagai “Bunda Tenun NTT”. Bahkan, ia pernah membawa hasil tenun NTT ke ajang peragaan busana internasional, seperti Paris Fashion Week, London Fashion Week, dan New York Fashion Week. Hasil tenun NTT yang Julie tampilkan merupakan karya dari berbagai kelompok tenun di NTT yang ia bina.
Julie melanjutkan, para peserta festival terdiri atas 2.000 peserta dari perangkat daerah Provinsi NTT, 500 perangkat daerah Kota Kupang, 500 TNI/Polri, 500 peserta dari instansi vertikal, 500 orang dari organisasi wanita, 300 peserta dari kelompok etnis, sebanyak 700 peserta dari BUMD atau BUMN, dan 5.000 peserta dari kalangan pelajar serta mahasiswa.
“Yang unik dari acara ini, peserta diwajibkan berbusana kaus putih dan sarung bahan tenun ikat asli NTT. Yang datang tanpa sarung tenuh ikat asli NTT saya tolak,” kata Julie Laiskodat.
ADVERTISEMENT
Peserta akan dibagi ke empat lokasi di sepanjang Jalan El Tari dengan perincian, sebanyak 4.975 peserta di Depan Gedung Sasando Kantor Gubenur, lalu 1.685 peserta di depan Pengadilan Tinggi NTT, sebanyak 2.100 peserta di depan rumah jabatan Gubernur NTT, dan sebanyak 2.120 peserta di depan rumah jabatan Kejati NTT. Di setiap lokasi akan digelar berbagai hiburan.
“Para peserta dan masyarakat yang hadir diharapkan dapat membeli kreasi tenun ikat di masing-masing spot dan produk makanan berbasis kelor,” imbaunya.
Julie menambahkan, pihaknya akan mendorong penetapan Hari Sarung Nasional. Menurut dia, sarung yang merupakan warisan kekayaan leluhur mesti dilestarikan serta layak disejajarkan dengan batik sebagai busana nasional.
“Dengan itu, geliat perekonomian para penenun juga akan semakin meningkat,” tutur Julie Laiskodat.
ADVERTISEMENT
Biro Humas NTT menyambut baik kegiatan yang mempromosikan tenun ikat NTT itu. Apalagi, tenun ikat NTT merupakan suatu hasil karya cipta, rasa, dan karya kekayaan intelektual yang bernilai tinggi. Karya tenun motif NTT dikatakan telah mendapat apresiasi secara nasional bahkan internasional.