3 Dekade Mati Suri, Sungai Belasung Direvitalisasi

Konten Media Partner
20 Juni 2019 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permukiman penduduk berdiri di atas aliran Sungai Belasung, Kota Banjarmasin. Foto: Zahidi/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Permukiman penduduk berdiri di atas aliran Sungai Belasung, Kota Banjarmasin. Foto: Zahidi/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terselip di antara himpitan puluhan bangunan, lebar sungai itu tak lebih dari lima meter. Airnya keruh kecoklatan. Menjelang sore, sebagian warga yang bermukim di bantaran sungai sibuk mencuci pakaian, mandi, dan buang hajat.
ADVERTISEMENT
Orang menyebut aliran selokan ini sebagai Sungai Belasung. Pamor Belasung yang dulu dikenal salah satu urat nadi sungai di Banjarmasin, kini justru berubah jadi selokan kecil dengan kotoran sampah dan endapan lumpur tebal. Letak Sungai Belasung di Jalan Pangeran Samudera, tepatnya belakang Katedral Banjarmasin.
Fadillah (51), salah satu saksi hidup dalam geliat masyarakat di bantaran Sungai Belasung. Sbelum tergerus permukiman penduduk sejak 20 tahun, ia masih ingat bantaran Sungai Belasung masih rindang ditumbuhi pepohonan. Sungai Belasung menghubungkan aliran air dari Sungai Tatas ke Sungai Telawang.
Ia pernah leluasa berenang ketika tahun 1980-an. Perahu jukung pun sering hilir mudik membelah Sungai Belasung. “Kira-kira lebar jukung ini sektar 3 meter dan panjang sekitar 10 meter mengarungi Sungai Belasung. Mereka menjual sayur dan ikan ikan," ujar Fadillah kepada wartawan banjarhits.id, Kamis 20 Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Sungai Belasung dijadikan simpul jalur transportasi air dari dan ke Sungai Telawang – Sungai Tatas. Aktivitas ini lama-lama tergerus akibat perubahan zaman sejak akhir 1980-an. Kebiasaan warga yang semula bergantung pada aliran sungai, mulai bergeser ke daratan. Alhasil, permukiman penduduk pelan-pelan berdiri di bantaran Sungai Belasung.
Kepemilikan kendaraan bermotor dan pembangunan infrastruktur turut menggerus pamor Belasung. Suku Banjar mulai beralih memakai kendaraan ketimbang perahu klotok untuk aktivitasnya. “Beginilah kejadian akhirnya, sungai menjadi mati karena alirannya tertutup," terang Fadillah.
Ahli budaya dari Lembaga Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (LKS2B) Kalimantan Selatan, Mansyur S.Pd M.Hum, menjelaskan masyarakat Banjar tempo dulu sangat menghormati sungai. Sungai dikenal nyawa kehidupan yang menjadi latar depan rumah tempat tinggal penduduk.
ADVERTISEMENT
Namun beberapa dekade terakhir, kata dia, cara pandang masyarakat Banjar terjadi pergeseran. Sungai bukan lagi sebagai tempat menopang hidup.
“Lalu bergeser pula yang tadinya pintu rumah menghadap sungai berubah menjadi menghadap darat. Daratan yang dulu berada di belakang rumah, menjadi garda depan rumah untuk menyambung nafas dan bertahan hidup bagi masyarakat Banjarmasin sekarang," papar Mansyur.
Adapun Kepala Bidang Sungai Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Hizbul Wathony, bertekad menghidupkan kembali budaya sungai di sepanjang bantaran Sungai Belasung. Ia akan merevitalisasi sungai yang sempat mati suri ini. Bantaran Belasung akan dijadikan sebagai kampung sungai percontohan di tengah Kota Banjamasin.
"Tahun 2020 nanti kami akan programkan. Secara perlahan kami bersihkan dulu lahannya. Kalau perlu kami bangkitkan lagi kehidupan masyarakat sungai seperti cerita-cerita dulu para pedagang yang berjualan mengitari arus Sungai Belasung," kata Wathony.
ADVERTISEMENT
Pada 2019, ada sekitar 20 bangunan yang hendak dibongkar. Bangunan ini berdiri di atas Sungai Belasung hingga menutup aliran sungai. Berada pada empat Rukun Tetangga, puluhan bangunan kayu ini berdiri di sepanjang Sungai Belasung. Wathony menyebut bangunan liar berdiri di RT 3, RT 4, RT 6 dan RT 7.
"Empat RT ini bersama warganya sudah setuju untuk dilakukan revitalisasi Sungai Belasung, demi kelangsungan hidup mereka agar aktifitas sungai kembali ramai dan mampu menopang kehidupan masyarakat yang berada di bantaran Sungai tersebut," pungkasnya.