Dayak Meratus di Piani Gelar Aruh Adat Bagandah

Konten Media Partner
16 Juli 2018 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Banjarhits.id, Rantau - Masyarakat pedalaman Pegunungan Meratus di Dusun Bagandah, Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, yang keseharian mereka bermata pencaharian bahuma—sebutan masyarakat setempat untuk bercocok tanam— mengadakan ritual aruh adat Bagandah.
ADVERTISEMENT
Aruh Bagandah digelar rutin setiap tahun sebagai pengharapan kepada Yang Maha Kuasa agar mendapat kebaikan di seluruh aspek kehidupan, terutama agar usaha pertanian milik mayoritas warga menghasilkan optimal ketika panen.
Upacara aruh adat ini dibuka oleh para balian setempat yang berlangsung meriah. Mereka tampil di hadapan banyak orang setempat dan tamu yang ingin menyaksikan upacara aruh adat Bagandah.
Seorang penari balian, Muhran, mengatakan upacara Aruh Bagandah berlangsung selama empat hari pada Sabtu - Selasa (14-17/7/2018). Menurut dia, acar paling meriah ketika malam kedua karena acara ditujukan kepada para undangan dan tamu. Aruh Adat Bagandah punya daya tarik saat disisipi ritual Batandik dan Bamamang yang diselipkan hiburan Babangsai.
Menurut Muhran, Aruh Bagandah dapat dinikmati seluruh kalangan yang hadir saat upacara berlangsung. Adapun Batandik bermakna pembacaan mantra untuk mengusir kesialan, baik sebelum aruh dan selepas aruh. Pengharapan kebaikan mencakup seluruh aspek kehidupan supaya mendapat kebaikan menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Muhran berkata Aruh Babangsai menjadi daya tarik warga karena melakukan ritual pemanjatan harapan kepada Yang Kuasa dengan khusyu dan membuat kesenangan hati. Lebih menarik lagi, wanita yang ikut Babangsai mesti mengenakan satu kain yang disebut tapih bahalai. Si wanita kemudian menari mengelilingi langgatan sambil dipadu musik penabuh gendang.
Pernak-pernik ringgitan yang terbuat dari pohon hanau turut menghiasi Aruh Adat Bagandah. Ringgitan terbuat dari anyaman lewat potongan. Aruh Adat Bagandah disisipi ritual Bebabagi dengan maksud pengharapan keberhasilan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam bercocok tanam. Pada hari pamungkas, upacara adat ditutup lewat ritual malabuh radin.
Radin merujuk alat terbuat dari kayu pulantan yang menyerupai bentuk kotak persegi panjang diisi lanjung. Radin sebagai bentuk tebusan agar Tuhan mengabulkan harapan warga melalui Bamamang. (Zahidi)
ADVERTISEMENT