Di Banjarmasin, 80 Ton Ikan Mati Akibat Rendahnya DO

Konten Media Partner
8 Oktober 2019 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan bawal mati massal di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin pada Minggu (6/10). Foto: Syahbani/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Ikan bawal mati massal di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, Kota Banjarmasin pada Minggu (6/10). Foto: Syahbani/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikan (DKP3)Kota Banjarmasin sudah melakukan uji kualitas air di kawasan petambak ikan keramba jaring apung, Kelurahan Banua Anyar pada Senin (7/10/2019).
ADVERTISEMENT
Hasilnya, DKP3 Banjarmasin mendapati faktor utama penyebab matinya puluhan ton ikan jenis bawal ini karena rendahnya oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dalam air. Kondisi makin parah karena ikan dalam keramba terlalu padat.
Kasi Produksi Perikanan, DKP3 Banjarmasin, Sulaiman menyebut, saat pengecekan DO di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, hanya berada di angka dua, jauh dari ambang normal.
"Setelah kami cek PH-nya (Hidrogen) normal. Tapi DO sangat kurang, hanya dua. Sehingga ikan kehabisan oksigen. Kalau normal harusnya paling tidak DO-nya sepuluh," ucap Sulaiman saat dikonfirmasi wartawan banjarhits.id, Selasa (8/10/2019).
Sulaiman berkata petani mengisi keramba yang rata-rata berukuran 2x3 meter dengan jumlah pengisian empat ribu ikan.
"Kalau kondisi air normal seperti biasa ya tidak masalah sebenarnya. Tapi kalau situasi seperti ini (kemarau, red) hendaknya bisa dikurangi. Paling tidak dua ribu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sulaiman sadar kondisi macam ini tentu tidak menguntungkan bagi petani tambak. "Tapi yang perlu diingat saat kemarau jangan dipaksakan," imbuhnya.
Di samping itu, lanjut Sulaiman, faktor hujan usai kemarau juga berdampak terhadap ikan air tawar, khususnya jenis bawal. Faktor lainnya pemberian pakan dari limbah ternak, seperti usus ayam saat kemarau seharusnya bisa dihindari terlebih dahulu.
"Juga pemberian pakan. Di sana pakannya limbah peternakan seperti usus ayam. Karena saat kemarau ikan tak bisa mencerna, karena pendukungnya tak optimal seperti oksigen tadi," ucap Sulaiman.
Ihwal pencemaran limbah batu bara, Sulaiman mengakui ada kemungkinan limbah tambang memicu kematian ikan. Sebab, kata dia, air hujan yang turun larut ke sungai bisa saja membawa limbah. Namun, menurut Sulaiman, kecil kemungkinan limbah batu bara memicu kematian massal ikan bawal.
ADVERTISEMENT
Sulaiman menegaskan para petani tambak ikan di Banua Anyar sebenarnya sudah paham atas fenomena tahunan kondis air Sungai Martapura saat kemarau. Sebab, kata Sulaiman, petambak sudah puluhan tahun berbudidaya ikan lewat keramba jaring apung.
DKP3 Banjarmasin terus melakukan pemantauan dan mencoba mengingatkan kembali agar para petani bisa menghitung kondisi air saat penebaran bibit ikan.
"Kelompok sebenarnya tahu saja hal seperti selalu mungkin terjadi. Kami mengingatkan kembali waktu penebaran bibit diatur, supaya jangan menemui situasi ini," pungkasnya.