Gang Pendamai, Kampung Permainan Tradisional di Banjarmasin

Konten Media Partner
11 Juli 2019 7:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak sibuk bermain Balogo di Gang Pendamai, Kelurahan Teluk Tiram, Kota Banjarmasin pada Rabu (10 Juli 2019. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sibuk bermain Balogo di Gang Pendamai, Kelurahan Teluk Tiram, Kota Banjarmasin pada Rabu (10 Juli 2019. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Segerombol bocah riuh bermain pada lorong jalan sempit di Gang Pendamai, Kelurahan Teluk Tiram, Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, pada Rabu (10/7/2019) sore. Mereka tak sedang memainkan game Mobile Legends atau PUBG, seperti bocah pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Anak-anak itu malah asyik memainkan permainan tradisional Balogo. Balogo merupakan permainan khas masyarakat Suku Banjar yang populer sebelum era tahun 2000-an.
Cara memainkannya: satu orang mestu meruntuhkan sebuah logo (tempurung kelapa) dengan logo lainnya melalui alat pemukul bernama campa/penapak dari jarak jauh.
Selain Balogo, para bocah sibuk memainkan enggrang, bagasing, dan badakuan. Semuanya wahana permainan tradisional asal Kalsel komplet tersedia disana.
Polah langka anak-anak bermain permainan rakyat ini bisa Anda lihat di Kampung Permainan Tradisional Pendamai Teluk Tiram. Pencetus ide kampung tematik ini bukan pemerintah daerah, melainkan Muhammad Suriani dan Siti Nursyiah, sepasang suami-istri paruh baya.
Suriani mengaku prihatin melihat kondisi anak-anak era sekarang yang cenderung ketergantungan dengan gawai. Berangkat dari masalah tersebut, ia mencoba membuat terobosan dengan menyediakan alat-alat permainan tradisional balogo di rumahnya sejak awal tahun 2016 silam.
Suriani (kiri) dan Siti Nursyiah, dua penggagas permainan tradisional di Gang Pendamai, Banjarmasin.
"Dulu ada kepikiran nanyain cucu, tahu enggak sama yang namanya Balogo atau bagasing? Dijawab enggak tahu. Dari situ saya mulai bikin-bikin alat permainan tradisi, khususnya balogo. Terus mainnya di depan rumah saya," ujar Suriani kepada banjarhits.id.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, ide yang dicetuskan oleh Suriani malah ditanggapi positif oleh anak-anak di sekitar rumahnya hingga RT tetangga. Dari sini, ia mulai merutinkan membuat alat-alat permainan tradisional lainnya seperti gasing hingga dakuan. Ia juga hingga membuka kelas belajar membuat alat permainan tradisi.
"Sampai berkembang hingga sekarang, halaman rumah saya buka terus. Kira-kira, tiap hari selalu ada saja anak-anak yang bermain. Alat-alatnya bisa mereka pakai dengan gratis. Jadi ini benar-benar ruang bermain buat mereka untuk bebas bermain apa saja, asal jangan bawa HP," kata Suriani.
Adapun istri Suriani, Siti Nursyiah, mengatakan hadirnya permainan tradisional di Gang Pendamai bisa membantu tumbuh kembang anak agar lebih optimal. Sebab, banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari sebuah permainan rakyat.
ADVERTISEMENT
"Contoh saja, Balogo. Untuk meruntuhkan logo itu kan perlu namanya strategi. Lebih khusus mengambil keputusan. Selain itu, lewat Balogo kita juga bisa fokus. Banyak nilai yang bisa didapat dalam satu permainan," ujarnya.
Ia berharap perjuangan membuka kampung permainan tradisional tak sekadar habis di Gang Pendamai saja. Namun, lebih dari itu, harus lebih banyak lagi perkampungan yang menggelorakan permainan tradisi untuk membantu tumbuh kembang anak.
Dua anak bermain enggrang di Gang Pendamai, Banjarmasin pada Rabu sore, 10 Juli 2019. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id