Irigasi Sawah Rawa di Jejangkit Muara Jadi Replikasi se-Indonesia

Konten Media Partner
17 Oktober 2018 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Irigasi Sawah Rawa di Jejangkit Muara Jadi Replikasi se-Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
banjarhits.ID – Di tengah terik matahari, Supriyono masih sumringah. Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Kuala, itu bersyukur dan bangga sistem pertanaman sawah rawa lebak yang sedang dilakukan di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, memberi harapan petani.
ADVERTISEMENT
Lewat pola teknologi pertanian, petani yang semula cuma satu kali tanam, kini bisa dilakukan jadi dua kali masa tanam dalam setahun. Petani pun makin buncah karena produktivitas padi makin banyak.
“Desa Jejangkit yang dijadikan pusat kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS) bukan soal panen padi perdananya, tapi soal sistem sawah lebak atau lebih dikenal sisten teknologi kanalisasi dan pompanisasi yang ternyata bisa diterapkan oleh petani di Desa Jejangkit Muara,” kata Supriyono ketika ditemui di Desa Jejangkit Muara, Rabu (17/10).
Kata Supriyono, tak berlebihan jika sistem sawah lahan lebak di Desa Jejangkit Muara dan di Sumatera Selatan, dijadikan replikasi di daerah Jambi, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Ia berkata warga Barito Kuala khususnya, dan Kalsel pada umumnya mesti bangga karena sistem tanam persawahan Desa Jejangkit Muara ditetapkan oleh Kementan RI sebagai embrio kebangkitan sistem lahan lebak secara nasional.
Menurut Supriyono, ada anggapan rawa lebak selama ini kurang tepat dijadikan areal tanam untuk varietas padi. Padahal, lewat penerapan teknologi tepat guna, kata dia, semua hambatan pertanian lahan rawa bisa dicarikan solusinya.
"Pada umumnya jika sudah masuk Oktober dan November sebagai masa paceklik, tak ada aktivitas yang dilakukan petani. Tapi melalui teknologi pertanian, sekarang bisa dilihat di Desa Jejangkit Muara, di sini sedang dalam masa tanam masuk tahap kedua dan ada juga yang panen," kata Supriyono.
Supriyono menuturkan kanalisasi sebuah solusi sehingga banjir tidak masuk ke areal persawahan. Jika ada banjir, pompa akan menyedot air dan membuang air ke luar areal persawahan.
ADVERTISEMENT
“Namun sebaliknya, jika musim kering maka pompa akan menarik atau menyedot air ke dalam areal persawahan,” kata dia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, berkata menuturkan ada 500 ribu hektare lahan rawa di Kalsel layak digarap sebagai ladang pertanian dan hortikultura. Amran meminta petani padi mengoptimalkan pertanian dengan panen tiga kali setahun. Apalagi, ia mengklaim Kementerian Pertanian sudah mengirim 60 unit excavator ke Kalsel, terbanyak se-Indonesia.
“Nilainya (60 unit excavator) mungkin Rp 100 miliar untuk garap lahan rawa, ini terbanyak se-Indonesia. Harusnya enggak ada lagi lahan kering, semua lahan rawa harus dimanfaatkan,” ucap Andi Amran.
Amran mencontohkan optimasi pertanian lahan rawa di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, yang sukses memproduksi 6 ton padi dalam satu hektare lahan. Kunci sukes ini lewat tata kelola irigasi dengan memanfaatkan sumber air. Amran berkata petani mesti memanfaatkan setiap tetes air hujan yang mengujam bumi.
ADVERTISEMENT
Amran lebih senang bagaimana petani Kalsel berkontribusi mengoptimalkan lahan rawa seluas 10 juta hektare di Indonesia. Amran mendesak pemuda Kalsel serius menggarap pertanian demi kesejahteraan. "Ada 300 ribu pemuda di sektor pertanian," kata dia. (Adv)