Jukung, Budaya Transportasi Banjar yang Terus Meredup

Konten Media Partner
14 September 2018 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jukung, Budaya Transportasi Banjar yang Terus Meredup
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.id, Banjarmasin - Jukung dikenal alat transportasi sungai warga Kota Banjarmasin tempo dulu sebagai penyikapan atas kondisi geografis. Seiring waktu, pamor jukung perlahan lamat-lamat hilang digerus kemajuan zaman.
ADVERTISEMENT
Padahal, jukung—sampan kecil versi Suku Banjar-- memiliki nilai budaya yang sangat eksotis bagi teritorial Kota Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan secara umumnya.
Ketua Lembaga Kajian Sejarah Sosial Budaya (LKS2B) Kalimantan Selatan, Mansyur menuturkan jukung merupakan satu hasil karya urang Banjar--sebutan untuk warga Kota Banjarmasin-- untuk moda transportasi air.
"Jukung dengan berbagai jenisnya mengalami perubahan terus menerus berdasarkan fungsi dan kegunaannya sehingga bisa kita lihat jukung pada peradabannya sekarang hanya digunakan untuk berdagang saja, itupun dalam skala konteks kecil di pasar terapung,” tutur Mansyur, Jumat (14/9/2018).
Mansyur menjelaskan banyak yang hilang dari fungsi jukung karena pengaruh kemajuan zaman. Jukung yang dulu sebagai penopang utama transportasi sungai, kini cuma difungsikan sebagai tempat berdagang di pasar terapung. Sebab, kata Mansyur, warga kota dimudahkan moda transportasi darat.
ADVERTISEMENT
Sadar atas situasi ini, Pemerintah Kota Banjarmasin dalam mempertahankan dan memelihara tradisi dan kebudayaan jukung terus digencarkan lewat lomba kayuh jukung tradisional di salah satu sungai kerukan di Jalan Zapri Zam-Zam.
Wakil Wali Kota Banjarmasin, H Hermansyah menyampaikan lomba kayuh jukung sebagai media penyampaian ke publik agar tahu tentang sejarah jukung dan sarana pelestarian jukung di Kota Banjarmasin. Menurut dia, jukung berkaitan erat dengan kehidupan sungai warga Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai.
"Ini satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan antara jukung dan sungai, oleh karena itu dalam momen ini kita juga promosikan kepada masyarakat bahwa jukung ini adalah salah satu hasil kebudayaan dari urang Banjar,” ucap Hermansyah sesaat setelah mengayuh jukung di sungai Kerukan Zapri Zam-Zam, Jumat(14/9).
ADVERTISEMENT
Hermansyah menambahkan kebudayaan jukung harus dilestarikan. Ia khawatir jukung lenyap dari budaya Banjar seiring kemajuan zaman. Padahal, budaya jukung menopang keindahan konsep river city—kota berbasis sungai di Kota Banjarmasin.
"Kita akan terus syiar kan kepada masyarakat supaya mempertahankan dan melestarikan budaya jukung ini, terlebih kepada anak anak yang sekarang kurang pengetahuan terhadap tradisi lama warga Banjarmasin,” pungkasnya. (Zahidi)