Kadar Asin Meninggi, Petambak Ikan di Sungai Martapura Cemas

Konten Media Partner
25 Agustus 2018 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadar Asin Meninggi, Petambak Ikan di Sungai Martapura Cemas
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.id, Banjarmasin - Sejumlah pengusaha tambak ikan di pinggiran Sungai Martapura, kawasan bawah Jembatan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Utara, mengaku cemas setelah air Sungai Martapura sedikit asin atau kadar garamnya mulai naik di tengah musim kemarau.
ADVERTISEMENT
Seorang petambak keramba jaring apung di Banua Anyar, Ali, mengatakan sedang memelihara beberapa jenis ikan air tawar sperti bawal, lele, dan nila. Ali sudah lima tahun menekuni budi daya ikan tawar untuk keperluan hidupnya sehari-hari, selain bertani.
Ali waspada sejak dua bulan yang lalu. Maklum, ia sudah kehilangan puluhan kilogram ikannya karena kadar garam air tiba-tiba melonjak. Ia menduga air dari Kawasan Alalak sering mengandung kadar asin yang tinggi akibat terkontaminasi tumbuhan galam dan tumbuhan lainnya.
"Dua bulan lalu puluhan kilogram ikan jenis bawal mati, malahan tetangga saya lebih parah lagi, sekitar 3-4 ton ikan yang mati," kata Ali kepada banjarhits.id, Jumat (24/8/2018).
Ali mengeluhkan efek dari ikan yang terimbas air asam atau asin. Sebab, kata dia, nafsu makan ikan spontan menurun, bahkan tak jarang ikan mati karena tak tahan. Apalagi jenis nila sangat rentan terhadap perubahan air sungai.
ADVERTISEMENT
Kalaupun ikan tetan hidup, pertumbuhannya akan terganggu. “Yang biasanya 5 bulan panen bisa sampai 8 bulan kalau terkena air asam atau asin, sedangkan kita kan harus kasih makan terus," tuturnya. Di Kelurahan Banua Anyar, sebagian warganya memang berbudi daya ikan keramba.
Ketika tidak musim kemarau, Ali biasanya bisa menyemai dan memelihara puluhan ribu ekor ikan di keramba apung miliknya. Namun, ketika musim kemarau, ia cuma membudidayakan ikan sekitar 500 ekor saja untuk mengurangi resiko kerugian.
"Dulu saya pernah mengalami kerugian banyak karena ikan banyak yang mati, kalau sekarang udah pengalaman sehingga kalau musim kemarau saya kurangin jumlah ikan di keramba," kata Ali.
Di usianya yang sudah 53 tahun, Ali setiap hari mencari pangan untuk ikan peliharanya. Ia enggan terlalu memanfaatkan pelet karena harganya terlalu mahal dan agak boros. Penggunaan pelet sekedar campuran saja. Menurut dia, satu pelet ikan berat 25 kilogram cukup untuk 10 hari. “Terkadang diselingi sayuran buat ikan bawal khususnya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Selain pelet dan sayur, ia memberi asupan tambahan usus ayam yang dikumpulkan dari pasar ke pasar. Menurut Ali, harga usus murah mempercepat pertumbuhan ikan. Satu usus diharga Rp 200. Adapun dalam satu hari bisa menghabiskan 500-an usus untuk satu keramba jaring apung. (Hanafi)