Kisah Tajuddin, Sastrawan Banjar yang Ingin Menjual Koleksi Bukunya

Konten Media Partner
10 Desember 2019 22:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Tajuddin Noor Ganie saat menunjukan koleksi buku di perpustakaan pribadinya. Foto: M Rahim/banjarhits.id
Tajuddin Noor Ganie (61) harus mengambil keputusan yang sulit. Koleksi buku, artikel, hingga kliping koran yang dia kumpulkan selama puluhan tahun harus dia relakan beralih ke tangan orang lain. Dia memutuskan akan menjualnya.
ADVERTISEMENT
Tajuddin lahir Banjarmasin, 1 Juli 1958. Dia adalah sastrawan dan budayawan yang berkonsentrasi pada budaya Banjar. Ayah dari dua anak ini beberapa kali diganjar penghargaan atas prestasi dan dedikasinya terhadap pendidikan serta kesenian, khususnya di bidang sastra.
Sebutkan saja pada 1985, Tajuddin mendapat penghargaan sebagai Penulis Esai Sastra Bulan Bahasa oleh Pusat Bahasa, Jakarta. Kemudian pada 1991 dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Kalsel Bidang seni Budaya oleh Menpora. Serta beberapa penghargaan lainya.
Sastra merupakan bagian yang tak pernah terpisahkan dari hidup Tajuddin. Dia teramat mencintainya. Namun kini penulis buku berjudul Kamus Peribahasa Banjar yang diterbitkan pada tahun 2005 harus merelakan koleksi bukunya untuk dimiliki orang lain.
Tajuddin tak bisa lagi menjaga dan merawat barang-barang itu. Saat ini kesehatannya menurun. Tajuddin terserang stroke beberapa tahun lalu, hingga tangan kanannya tak bisa lagi difungsikan dengan baik. Dia takut koleksi yang dimilikinya itu rusak tak bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Siang itu, Selasa (10/12/2019) banjarhits.id mencoba berkunjung ke kediaman Tajuddin, Jalan Mayjen Sutoyo S, Gang Sepakat, RT 9 Nomor 30, Kelurahan Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah, untuk melihat koleksi miliknya, sekaligus melakukan sesi wawancara.
Sambutannya begitu hangat. Dia mempersilakan banjarhits.id untuk masuk untuk menunjukkan koleksi miliknya yang kebanyakan berupa sastra lokal. Benar, buku-buku yang dikumpulkan oleh Tajuddin sejak tahun 90-an itu sudah mulai berdebu. Meski tersusun, namun tampak tak terawat.
Koleksi itu dia simpan di bilik khusus berukuran 2x3 meter. Ini adalah perpustakaan milik Tajuddin. Selain di perpustakaan, koleksi itu sebagian ditempatkannya di dekat meja yang biasanya digunakan untuk membaca, atau menulis.
"Kalau ada yang minat saya jual. Daripada berdebu dan tak terawat di sini," ucap Tajuddin saat menunjukan perpustakaannya.
ADVERTISEMENT
Tajuddin juga menunjukkan beberapa kliping koran miliknya. Diantaranya tentang kerusuhan yang terjadi di Banjarmasin pada 23 Mei 1997. Atau yang lebih dikenal masyarakat Banjarmasin dengan sebutan Jum'at Kelabu. Juga catatan biografi ulama besar Kalimantan Selatan, KH Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani, atau yang dikenal Guru Sekumpul.
Tajuddin berkata, bahwa koleksi yang rencananya dijual sebagian merupakan buku sastra, biografi, etnografi, folklore, politik, wisata dan ilmu pengetahuan lainnya. Menjual adalah salah satu caranya untuk menyelamatkan buku-buku agar tak rusak. Dia khawatir jika dibakar tak terus bakal dimakan rayap.
"Mengingat kesulitan dalam penempatan, dan pemeliharaan. Saya tak mau buku-buku ini rusak karena dimakan rayap maka saya ingin menjualnya (eceran atau borongan, red)," kata Tajuddin.
ADVERTISEMENT
Adapun buku yang ditawarkan harganya tak terlalu mahal. Untuk buku sastra dibanderol Rp 50 ribu per buku. Sedang untuk non sastra Rp 20 ribu. Rupanya Tajuddin orang yang melek akan teknologi informasi. Dia tak menjualnya ke toko-toko loak. Tapi buku-buku itu dia pasarkan melalui media sosial.
"Saya sudah sempat menawarkan ke Facebook, beberapa koleksi buku lokal. Dan kliping koran-koran," bebernya.
Tajuddin kembali menegaskan bahwa, niat menjual koleksi buku serta klipingan, bukan lantaran ingin mengosongkan kekaryaan lokal di perpustakaannya. Namun, niatnya ingin mewarisi kepada yang berhak merawat dan memanfaatkan buku tersebut.
Kendati sedang sakit, Tajuddin rupanya masih bisa menulis. Meski hanya menggunakan tangan kiri. Dia mencoba menyelesaikan buku karyanya di komputer kesayangannya.
ADVERTISEMENT
"Menikmati hari bersama istri di rumah ini dan kini saya fokus menggarap buku ketiga (Tetralogi) saya, setelah buku Kamus Pamali Banjar dan Kamus Mitos Banjar," tandasnya.