Merayakan Pesona Pulau Sewangi ala Suku Bugis

Konten Media Partner
19 Oktober 2019 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dermaga kayu Pulau Sewangi dipenuhi kemeriahan Pesona Pulau Sewangi pada Sabtu (19/10/2019). Foto: banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Dermaga kayu Pulau Sewangi dipenuhi kemeriahan Pesona Pulau Sewangi pada Sabtu (19/10/2019). Foto: banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Sorak dan tepuk tangan pecah ketika perahu ketinting bermesin 30 Horse Power mencapai garis finis. Mengambil start di Pulau Burung, dua juru mudi perahu ketinting itu adu cepat membelah perairan Selat Laut untuk mencapai finis di Pulau Sewangi, Sabtu (19/10/2019) siang.
ADVERTISEMENT
Kemeriahan penonton di pinggir dermaga kayu Pulau Sewangi, ini bagian dari rangkaian Parade Pesona Pulau Sewangi. Selain adu cepat jukung, ada lomba balogo, ritual adat Massorong, dan adu cepat speed boat mengitari Sewangi.
Rangkaian Pesona Pulau Sewangi digeber pada 18 - 21 Oktober 2019. Suku Bugis yang mendiami Pulau Sewangi, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, punya ritual unik setiap tahun: Ade Massorong.
Lomba permainan balogo di Pulau Sewangi, Sabtu (19/10/2019). Foto: banjarhits.id
Pulau Sewangi bercokol di tengah Selat Laut yang memisahkan daratan Pulau Kalimantan dan Pulau Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.
Menurut Ketua Adat Pulau Sewangi, Syarwani H Saleng, tradisi adat Massorong sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki dan kesehatan bagi warga kampung. Puncak tradisi Ade Massorong akan digelar di Selat Laut pada Minggu sore (20/10/2019).
ADVERTISEMENT
“Sudah lima keturunan digelar, saya ini generasi kelima. Kami rutin gelar Massorong. Yang pasti setiap bulan Oktober, tapi tanggalnya enggak tentu, menyesuaikan air pasang surut,” kata Syarwani kepada banjarhits.id, Sabtu (19/10).
Adu cepat ketinting di Pulau Sewangi, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalsel pada Sabtu (19/10/2019). Foto: banjarhits.id
Penduduk kampung sudah menyiapkan hasil bumi dan kebutuhan lain untuk ritual Massorong. Memakai perahu, hasil bumi akan dilarung ke tengah selat.
"Mereka yang asli Pulau Sewangi, yang tinggal di Pagatan, Kotabaru, pada balikan untuk melihat Ade Massorong kampung ini. Intinya syukuran,” ucap Syarwani.
Ia menyiapkan tiga unit kapal besar dan 40-an kapal kecil ketika puncak ritual adat masorong pada Minggu sore (20/10). Ritual persembahan ini menyesuaikan air laut pasang.
“Perahu itu kan melintas ke Sulawesi, jadi posisi air pasang menuju ke sana, baru kami lepas. Diiringi gendang,” katanya. Dinamai Massorong karena larung sesaji mesti didorong atau disorong.
Ketua Adat Bugis di Pulau Sewangi, Syarwani H Saleng. Foto: banjarhits.id
Peserta lomba balogo berasal dari berbagai daerah di Kalsel, seperti Kotabaru, Balangan, dan Tanah Laut. Lomba ini demi melestarikan permainan tradisional khas Banjar.
ADVERTISEMENT
Ihwal mitos Pulau Sewangi, Syarwani berkisah, penamaan Sewangi bermula dari legenda ular sawa yang terdampar pada sebuah karang di tengah Selat Laut.
"Pulau Sewangi ini busung (karang, red), lalu hanyutlah ular sawa dari Batulicin, terdampar lah di busung tadi. Maka, sawa tadi wangi. Terdampar sawa tadi di karang, maka dinamakan Pulau Sewangi, aslinya Pulau Sawangi," ujarnya.
Pulau Sewangi dipotret dari daratan Pulau Kalimantan, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalsel. Foto: banjarhits.id