Pemprov Kalsel Dorong Desa Jejangkit Punya Pabrik Beras

Konten Media Partner
9 November 2018 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemprov Kalsel Dorong Desa Jejangkit Punya Pabrik Beras
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, BANJARMASIN – Setelah sukses optimalisasi pertanian padi lahan rawa, Sekretaris Badan Perencana Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan, Aryadi Noor, meminta Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Barito Kuala menyiapkan lahan unuk pembangunan rice estate (pabrik beras) di kawasan Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit.
ADVERTISEMENT
Desa tersebut sebagai percontohan optimasi pertanian lahan rawa dan tempat peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 pada 18 Oktober lalu. Menurut Aryadi, pabrik beras ini sesuai visi misi Gubernur Kalsel yang ingin mewujudkan Kalsel sebagai lumbung pangan nasional pasca Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38.
“Ada keinginan Gubernur Kalsel ke instansi terkait mendirikan rice estate di kawasan Desa Jejangkit Muara. Nantinya ada badan usaha yang mengelolanya, sehingga ada industri hulu dan hilirnya,” kata Aryadi Noor kepada banjarhits.ID, Jumat (9/11).
Aryadi berkata rice estate sangat bermanfaat mendukung ketersediaan pangan, khususnya beras di Kalsel. Ia meyakini produktivitas padi akan melonjak bil rice estate dikelola lewat manajemen teknik pertanian modern dan intensifikasi.
Ia berasumsi konsep semacam ini menawarkan alternatif buruh tani dan pemilik lahan yang tidak bisa menggarap lahan pertanian, maka bisa dijadikan pegawai di badan usaha rice estate. Langkah ini menyelamatkan warga sekitar Desa Jejangkit sekaligus menjaga ketersediaan pangan dan membuka lapangan pekerjaan penduduk lokal, khususnya pemilik lahan dan buruh tani
ADVERTISEMENT
“Bappeda Kalsel terus mendorong setiap SKPD membikin perencanaan yang komprehensif dan tepat sasaran serta targetnya harus jelas. Salah satunya mendukung SKPD untuk mengajukan proposal pembuatan rice estate,” kata Aryadi Noor.
Kementerian Pertanian mendorong petani untuk menjual hasil produksinya dalam bentuk beras, bukan dalam bentuk gabah basah dan kering. Pasalnya, harga jual beras jauh lebih tinggi ketimbang gabah.
Menurut staf Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Ira Mailena pada Kamis (18/10), petani padi di Kabupaten Barito Kuala (Batola) mesti mengubah pola penjualan produk pertaniannya. Salah satunya menjual beras, bukan lagi jual gabah. Ira berkata pola ini memberi keuntungan besar ke petani.
“Saat ini kami lihat dari hasil pertemuan dengan beberapa petani di Desa Jejangkit, selama ini petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan panen. Setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah. Padahal keuntungan besar itu pada saat jadi beras, untuk diharapkan petani jangan menjual dalam bentuk gabah tapi dalam bentuk beras,” kata Ira Mailena di sela peringatan puncak Hari Pangan Sedunia (HPS). (Anang Fadhilah)
ADVERTISEMENT