Pentingnya Gairah Hidup di Hari Tua

Konten Media Partner
9 Mei 2019 9:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang tua. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Proses menua sering menjadi momok bagi banyak orang. Bukan hanya masalah fisik, tapi banyak perubahan psikis yang kerap belum dimengerti oleh kaum muda.
ADVERTISEMENT
Jika manusia belajar tentang komitmen melalui hubungan dengan orang tuanya, memahami tentang rasa percaya (trust) melalui hubungan dengan pasangan hidupnya, maka ia baru belajar makna terdalam dari gairah hidup (passion) melalui hubungannya dengan diri sendiri
Passion tidak bisa didapatkan dari orang lain, apalagi dari penceramah motivator. Passion sama seperti kebahagiaan, sumber sejatinya berasal dari diri sendiri. Passion sulit diciptakan, tetapi juga tidak mudah dipadamkan. Yang amat membedakan satu orang tua berusia lanjut dengan orang tua lainnya adalah passion.
Seorang tua yang status sosial ekonominya mapan maupun hidup dengan harta melimpah ruah, bisa jadi selalu mengeluh karena hidupnya hampa dan anak-menantu-cucunya terasa jauh. Ia mungkin mampu makan di restoran mewah mana pun, tapi tak ada satu pun makanan itu terasa enak dan memuaskan.
ADVERTISEMENT
Ia juga mungkin tidak perlu bekerja mengeluarkan setetes keringat pun, tapi tetap merasa kelelahan yang sangat setiap saat. Hidupnya menjemukan, rasa khawatir akan sakit dan menderita membuatnya selalu gelisah, seperti ada yang kurang.
Di sisi lain, ada orang yang secara usia sudah tergolong lanjut, tapi baginya seakan-akan lupa menghitung hari. Setiap saat ada proyek baru. Pensiun dari pekerjaan dianggapnya sebagai hari pertama kemerdekaan. Kemerdekaan menentukan mau apa, ke mana, dengan siapa, kapan, dan bagaimana. Dengan bermodalkan kematangan dan kebijaksanaan, ia kian mantap menjadi penentu arah.
Masalah pada usia lanjut kerap muncul karena masalah kemerdekaan. Anak-anak yang telah dewasa dan menikah mengambil alih kendali, bahkan menentukan orang tuanya harus melakukan apa, ke mana, dengan siapa, kapan, dan bagaimana. Passion tidak akan muncul pada orang usia lanjut yang bergantung pada anak. Kemerdekaannya terganggu, Kebebasannya terpenjara.
ADVERTISEMENT
Passion, sebagaimana telah ditulis sebelumnya, tidak muncul begitu saja pada suatu waktu pada hari tua, walaupun pemaknaannya bisa jadi baru muncul pada hari tua. Orang yang lebih muda kerap menyalahartikan passion sebagai ambisi.
Padahal, ambisi bisa muncul sesaat, kapan saja, sebagai impian raksasa yang masih terlalu goyah dan bisa berangkat dari rasa serakah, penguasaan, tak ingin tersaingi. Sedangkan passion lebih solid, berasal dari dorongan hasrat terpendam, katakanlah kecintaan.
Passion berjalan bersamaan dengan mastery--suatu kemahiran yang didapat dengan perjalanan seseorang menjadi terampil. Terampil bukan hanya dibidang pekerjaan fisik, tapi juga mengelola hal-hal yang tak kelihatan, seperti pembuatan rencana, pengaturan waktu, dan kematangan berpikir.
ADVERTISEMENT
Dalam mengambil keputusan, terjadi berulang kali dan sepanjang waktu. Kemahiran tak mungkin tercapai. Dalam keputusan, apalagi melompat-lompat berpindah dari satu hal ke hal yang lain.
Passion yang terasah mastery biasanya menghasilkan karya-karya fenomenal, pencapaian yang sejati. Kepuasan dan kebahagiaan seperti itulah yang sebenarnya menjadi pencarian setiap orang yang menua.
Sesuatu yang diakui sebagai kayanya. Miliknya. Apakah sesuatu itu menghasilkan keuntungan finansial atau tidak, bukan itu nilainya. Inilah yang kerap menimbulkan konflik, karena passion bagi satu orang belum tentu bisa dipahami benar oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Menyaksikan anak tumbuh hingga cucu lahir bisa menjadi passion yang membuat ibu sepuh tetap merasa kuat dan menunggu begitu banyak kejutan jiwa-jiwa baru yang lahir penuh antusiasme, yang semakin menambah rasa antusiasnya sendiri.
Banyak orang usia lanjut merasa hidupnya tak bermakna lagi dan tercerabut dari akarnya karena berakhir dengan hidup sendirian. Anak-anaknya sibuk tumbuh besar dan hebat sampai lupa bahwa orang tuanya kian menua.
Harus diakui, cinta kasih pada masa kini mempunyai format yang jauh lebih formal dan mekanistis. Bertandang ke rumah orang tua, misalnya, selalu harus ada tujuan, seperti menunaikan urusan kantor yang tak kunjung habis.
Seorang pria tua. Foto: Pixabay
Padahal, kehadiran dan menjadi "ada" jauh lebih penting daripada sekadar bertujuan khusus. Jangan salah, passion pada hari tua juga ada yang dianggap sebagai pemborosan yang tidak bertujuan. Begitu banyaknya waktu pada hari kemerdekaannya yang baru, ada orang usia lanjut yang semakin gemar membaca dan membeli buku-buku.
ADVERTISEMENT
Rasa ingin tahu dan penasarannya sejak remaja, yang bisa jadi terhenti pada usia kerja, menyeruak lagi pada usia lanjut. Bagi sebagian besar orang, buku masih terasa amat mahal, apalagi buku-buku bermutu.
Celakanya, anak yang tak paham passion orang tuanya menganggap belanja buku adalah kegilaan, sementara saat ini buku tersaji lengkap secara online alias bisa dibaca melalui internet dengan kecanggihan komputer dan kecepatan unduh. Gratis pula.
Buku fisik mempunyai makna amat berbeda. Sesuatu yang bisa disentuh, bahkan bau kertas buku menghadirkan nuansa kebanggaan masa silam sebagai citra manusia dengan kapasitas otak tidak setengah-setengah.
----
ADVERTISEMENT