Rupiah Melemah, Mahasiswa Sweeping Gedung DPRD Kalsel

Konten Media Partner
10 September 2018 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rupiah Melemah, Mahasiswa Sweeping Gedung DPRD Kalsel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.id, Banjarmasin - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan kembali melakukan sweeping di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan di Jalan Lambung Mangkurat, Kota Banjarmasin, Senin (10/9/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sempat menyentuh level psikologis Rp 15.000.
ADVERTISEMENT
Lantaran tidak ada satu orang pun anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan yang menemui massa, aksi mahasiswa yang menyuarakan aspirasi ini nekad melakukan sweeping di segala penjuru ruangan DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
Koordinator Aksi, Sigit Hidayat mengungkapkan anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS semakin mengguncang roda perekonomian Indonesia. Menurut dia, harga kebutuhan pokok meninggi seiring kenaikan harga BBM lewat penyesuaian harga. "Tentu saja hal ini akan semakin membuat rakyat semakin tercekik," ujar Sigit Hidayat di sela aksi.
Lebih ironis, kata dia, hutang pemerintah yang semakin menggunung. Sudah tentu keadaan tersebut akan menjadi tambahan beban negara. Ia menuturkan kondisi perekonomian bangsa yang carut marut memicu konduktivitas perekonomian Indonesia kacau.
Sigit berkata perekonomian yang masih bergantung impor bahan baku lewat pembayaran memakai mata uang Dolar AS. Ia tegas mengatakan pemerintahan Joko Widodo tidak serius mengurusi ekspor. Indikasinya, ia mengacu ketidakseriusan meningkatkan produk ekspor bidang industry olahan.
ADVERTISEMENT
“Sekitar 65% ekspor Indonesia masih masih di dukung oleh bahan-bahan komoditi yang tentunya tidak baik jika rupiah terus terdepresiasi. Seharusnya untuk meningkatkan kualitas ekspor, pemerintah harus serius untuk meningkatkan industri manufaktur di mana saat ini tren di Indonesia berada pada posisi terendah," cetus Sigit Hidayat.
Ia menegaskan Indonesia masih memiliki ketergantungan impor yang tinggi. Tidak hanya impor bahan baku industry, melainkan keperluan rumah tangga. Ia mengatakan berdasarkan data BPS sejak tahun 2013 hingga 2018, impor barang konsumsi justru mengalami peningkatan sebesar 2,39%.
Kebijakan pemerintah terkait impor ketika petani sedang sedang musim panen. Menurut dia, rasionalisasi mengendalikan bahan pokok dalam negeri justru mengorbankan para petani yang tentunya dengan kebijakan itu memicu harga jual turun. "Tentunya hal tersebut tidak seharusnya dilakukan mengingat hal tersebut hanya akan merugikan para petani dalam negeri," ujar Sigit.
ADVERTISEMENT
Itu sebabnya, Sigit dan mahasiswa meminta pemerintah berhenti menyalahkan faktor eksternal atas pelemahan rupiah. Selain itu, ia menuntut pemerintah berhenti berhutang dan impor yang berlebihan, menuntut pemerintah fokus mengupayakan penguatan rupiah dengan memperkuat laju ekspor di semua sektor, dan menuntut pemerintah untuk lebih serius mengelola negara dengan tidak membuat kebijakan yang dapat melemahkan nilai tukar Rupiah.
Pihaknya pun menuntut pemerintah menjaga stabilitas harga bahan pokok dan ketersediaan di lapangan, menuntut pemerintah berpihak pada rakyat Indonesia dalam hal pengelolaan hasil pertanian Petani Indonesia guna mengurangi impor, dan mengajak masyarakat saling bersinergi dalam gerakan penyelamatan rupiah dengan cara menahan diri untuk tidak mengimpor atau membeli barang luar negeri dan menggalakkan penggunaan produk dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Aksi mahasiswa ini ditemui oleh Sekretaris DPRD Kalsel, Rozaniansyah beserta stafnya. Rozaniansyah akan menyampaikan aspirasi tersebut ke anggota DPR Provinsi Kalimantan Selatan. (M Robby)