Siti, Pedagang di Bukit Matang Keladan Beromzet Rp 500 Ribu per Hari

Konten Media Partner
20 Januari 2019 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Bukit Matang Keladan dipenuhi pelancong ketika akhir pekan. (Foto: Zahidi/banjarhits.id)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Bukit Matang Keladan dipenuhi pelancong ketika akhir pekan. (Foto: Zahidi/banjarhits.id)
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, Banjarmasin - Lapak sederhana itu menjajakan aneka gorengan, pentol berkuah, dan minuman hangat siap teguk. Di tengah kabut ketika hari beranjak sore, lapak ini jadi jujugan pelancong yang menikmati akhir pekan di Bukit Matang Keladan, Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.
ADVERTISEMENT
Si penjualnya bernama Siti. Setiap akhir pekan, Siti tak canggung memacu motornya meliuk-liuk melewati jalanan terjal ke Bukit Matang Keladan. Ia memang rutin membawa dagangan ke bukti itu karena pengunjung memadati kawasan wisata ini setiap akhir pekan.
"Saya hari Sabtu dan Minggu selalu berjualan di sini. Sejak dikembangkan pemerintah, wisata Bukit Matang Keladan cukup ramai pengunjung, bahkan kalau saat hari libur tak sedikit pendaki yang menginap malam mingguan di sini," ucap Siti kepada banjarhits.id, Sabtu (19/1).
Siti menetap di Desa Tambela yang bertetangga dengan Desa Tiwingan Lama. Berangkat dari rumah ke Matang Keladan, ia perlu waktu sekitar 20 menit dengan memacu motor bebeknya.
Siti meraup omzet penjualan makanan ringan dan minuman rata-rata mencapai Rp 400.000-500.000 saat akhir pekan. Omsetnya makin meroket ketika musim libur panjang karena ia meraup untuk hingga Rp 700.000-800.000.
ADVERTISEMENT
"Biasanya antara Rp 400 ribu sampai 500 ribu. Namun, kalau lama atau libur panjang biasanya dapat Rp 700 ribu sampai 800 ribu hasil untung dari berjualan di sini, tapi itu belum bersih, harus setor lagi sebagian untuk pemilik tempat," ujarnya.
Ia bersyukur hasil penjualan pentol bisa membantu perekonomian keluarga. Maklum, Siti mesti bersusah payah mencari uang ke Bukit Matang Keladan karena suaminya cuma seorang buruh kasar.
"Kalau berharap hanya pentol dan gorengan saja tidak banyak untungnya, kadang teh dan kopi malah yang ramai ketika malam hari laku, ada juga yang beli mie instan serta snack snack sebagai pelengkap barang dagangan," katanya. (Zahidi)