Sumber Daya Air Rusak akibat Meluasnya Instrusi

Konten Media Partner
27 September 2018 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sumber Daya Air Rusak akibat Meluasnya Instrusi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, Banjarmasin - Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan II, Dwi Purwantoro menilai sumber daya perairan sungai di Kalimantan Selatan dalam kondisi rusak parah seiring intrusi air laut mencapai 70 kilometer dari bibir pantai.
ADVERTISEMENT
Menurut Dwi, idealnya daya dorong air sungai yang mengalir ke muara lebih kuat ketimbang pasang surut air laut. Tetapi, kata dia, kondisi saat ini justru terbalik di tengan musim kemarau. Sebab, Dwi berkata intrusi kadar garam ke hulu perairan sungai mencapai 70 kilometer dari bibir pantai.
Makin panjangnya intrusi air laut ke hulu sungai memicu kadar garam tinggi setelah mengisi pori-pori tanah di sekitarnya. Pemicu lain, kata dia, penggundulan hutan di daerah aliran sungai turut berkontribusi mempercepat kerusakan air sungai.
"Padahal sebelumnya Kalimantan Selatan memiliki kawasan hutan yang luas," ucap Dwi Purwantoro di sela kegiatan seminar sehari Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA), Kamis (27/9/2018).
Dwi menuturkan pemerintah daera tidak bisa berjalan sendiri dalam upaya penyelamatan air sehingga perlu kesadaran masyarakat. Ia berharap tidak ada bencana kekeringan air di Kalimantan Selatan, sehingga mutu air dapat diselamatkan untuk generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Satuan Kerja PJSA WS Barito Kalsel, Dedy Yudha Lesmana mengatakan BWS Kalimantan II bekerja sama dengan universitas di Kalsel demi menyelamatkan mutu air sungai. "Tahun ini kita kerjasama dengan Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Muhammadiyah Banjamasin," cetusnya.
Pihaknya mendukung pembangunan embung di lingkungan kampus. Selain itu, BWS Kalimantan II membagi kewenangan berdasarkan nota kesepakatan kepada universitas agar membuat kajian dan menyediakan lahan.
Apalagi, kata Dedy, universitas banyak memiliki mahasiswa dan dosen sebagai tenaga ahli. "Jadi kami manfaatkan dosen dan mahasiswa tersebut sebagai engineering dengan cara membuat embung dan mendesain embung," katanya.
Ia menuturkan durasi waktu pelaksanaan diserahkan kepada pihak universitas dengan membuat kajian embung dan menyediakan lahan. Namun, nota kesepahaman berlaku selama lima tahun kedepan. Dedy perlu membuat bangunan permanen semacam embung air hujan untuk menangani kritis kekeringan air.
ADVERTISEMENT
Ia mengharapkan embung bisa menampung cukup air ketika hujan, dan optimal memasok sumber air ketika musim kemarau. Adapun kebutuhan dana pembangunan kedua embung menunggu desain dari pihak universitas, sesuai luasan area, daya tampung, dan jenis kontruksi. (M Robby)