Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular

Konten Media Partner
6 Oktober 2018 20:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis: Pribakti B (Dokter RSUD Ulin Kota Banjarmasin dan Dosen FK Universitas Lambung Mangkurat). Artikel ini opini pribadi yang dikirim untuk banjarhits.ID
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID - Penyakit tidak menular disebut juga penyakit degeneratif atau penyakit kronis. Rusaknya organ-organ tubuh akibat pola makan tinggi lemak, rendah serat, tinggi garam, disertai gaya hidup rendah aktivitas fisik dan kebiasaan merokok jadi faktor risiko munculnya penyakit degeneratif.
PBB menyebut bahwa penyakit tidak menular merupakan salah satu tantangan besar untuk pembangunan abad ke -21. Langkah pertama yang harus diambil adalah mendorong negara-negara di dunia melakukan langkah preventif yang lebih nyata.
Saat ini ada sekitar 344 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Jumlah itu akan segera melewati 500 juta dalam satu generasi. Empat dari lima penyakit pembunuh di Indonesia adalah penyakit tidak menular ( stroke, penyaakit jantung, diabetes dan hipertensi). Transisi epidemilogi kini tengah berlangsung diberbagai negara dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular. Indonesia belum sepenuhnya dapat mengatasi penyakit-penyakit infeksi , tetapi jajaran kesehatan kini sudah disibukkan oleh merebaknya penyakit tidak menular yang membawa banyak kematian
ADVERTISEMENT
Dulu orang mengganggap penyakit tidak menular hanya diderita oleh bangsa-bangsa maju karena tingkat kesejahteraan yang makin tinggi. Kini semakin disadari , penyakit ini dapat menimpa berbagai negara dan bangsa dengan tingkat kemakmuran yang beragam. Bahkan para ahli menyatakan bahwa negara-negara yang lebih miskin akan lebih menderita akibat penyakit tidak menular. Sekitar 80 persen kematian akibat penyakit tidak menular tersebut terjadi di negara berkembang.
Penularan jenis penyakit tidak menular adalah melalui gaya hidup dan pola makan. Kemodernan dicirikan oleh gaya hidup dengan aktifitas fisik ringan. Dalam dunia kerja , umat manusia mengalami evolusi sejak zaman prasejarah ketika umat manusia harus berburu, kemudian memasuki dunia agraris yang semuanya masih mengandalkan kekuatan fisik. Ketika menginjak abad industri , mulailah aktivitas fisik berkurang. Saat ini banyak bidang pekerjaan yang hanya mengandalkan otak, penglihatan, serta 10 jari untuk mengetik didepan komputer. Kita memasuki era sedentary lifestyles atau gaya hidup yang ringan-ringan saja. Ini mendatangkan resiko meningkatnya kasus obesitas .
ADVERTISEMENT
Fasilitas perkantoran dan belanja yang dilengkapi lift atau elevator menyebabkan orang malas untuk berjalan dan menggerakkan anggota tubuhnya. Sementara kesibukan di tempat kerja atau di rumah tidak menyisakan waktu sedikitpun bagi kita untuk beraktivitas fisik secara cukup. Kajian epidemiologis mengungkapkan, obesitas adalah faktor risiko berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi, asam urat dan kanker.
Penyakit-penyakit ini tidak menular, tetapi tertularkan kepada orang lain melalui perubahan pola makan atau gaya hidupnya. Selama ini yang diketahui sebagian besar orang bahwa dalam upaya diet penurunan berat badan disarankan untuk mengonsumsi daging merah sebagai sumber protein karena daging merah kaya akan sumber protein dan berguna untuk mengencangkan perut. Sayangnya, studi terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi daging merah dengan stroke.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, sesungguhnya tidak tepat kalau dikatakan bahwa penyakit tidak menular adalah penyakit modern. Arterosklerosis (gangguan penyumbatan pembuluh darah) bukanlah penyakit yang baru dikenal. Pembuluh darah mumi di Mesir , lebih dari 3.500 tahun yang lalu ternyata telah mengidap penyakit itu. Otopsi pertama yang dilakukan pada tahun 1931 menunjukkan adanya tanda –tanda pengapuran pembuluh darah seorang mumi perempuan yang meninggal di usia 50 tahun.
Penyakit tidak menular tidak hanya menimpa orang –orang paruh baya. Otopsi pada 200 orang serdadu Amerika Serikat (AS) yang mati muda dalam perang Korea pada tahun 1950-an menunjukkan sebesar 50 persen serdadu tersebut menunjukkan tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koronernya, walau mereka tidak punya keluhan sama sekali. Di AS , 46 persen dari anak muda yang mati karena kecelakaan lalu lintas ternyata sudah mengidap pengapuran koroner yang nyata, tetapi tetap tanpa gejala yang nyata.
ADVERTISEMENT
Studi WHO menyimpulkan progresivitas pengapuran pada pembuluh darah koroner jantung bertambah 3 persen pertahun sejak usia seorang melewati 20 tahun. Kenyataan ini membuktikan progresivitas pengapuran pembuluh darah koroner sesungguhnya memang menggulir diam-diam dan senantiasa membawa bahaya laten. Dengan gaya hidup dan pola makan sehat, progresivitas penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin.
Pola makan seimbang jadi salah satu solusi mengatasi penyakit tidak menular. Namun bukan hal yang mudah memasyarakatkan gizi seimbang . Kementerian Kesehatan perlu lebih berupaya keras menyosialisasikan pedoman gizi seimbang yang telah dirumuskan sejak tahun 1996, tetapi hingga kini terasa kurang gaungnya.
Pendirian pos pembinaan terpadu (posbindu) penyakit tidak menular dimaksudkan untuk menyasar golongan umur diatas 15 tahun , tetapi kenyataannya lebih didominasi kaum lansia. Setiap bulan peserta posbindu diperiksa darah, tekanan darah serta diajak berolahraga agar terhindar dari penyakit tidak menular.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini gerakan memasyarakatkan posbindu penyakit tidak menular belum cukup membawa hasil signifikan. Padahal, posbindu adalah ujung tombak penting untuk mendeteksi gejala awal penyakit tidak menular. Untuk itu, kesadaran masyarakat perlu terus menerus dibangkitkan agar Indonesia dapat mencegah epidemi penyakit tidak menular dan bangsa kita bisa menjadi bangsa yang sehat. Semoga.