news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

WWF dan Walhi Kalsel Tolak Taman Nasional Meratus

Konten Media Partner
31 Oktober 2018 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
WWF dan Walhi Kalsel Tolak Taman Nasional Meratus
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, Banjarmasin – Semangat Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menjadikan Pegunungan Meratus sebagai objek taman nasional mendapat penolakan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan dan World Wide Fund for Nature (WWF).
ADVERTISEMENT
Pengurus World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Ma'mun mengatakan perlu kajian lingkungan yang mendalam atas usulan Pegunungan Meratus sebagai taman nasional. Ia mengingatkan Pegunungan Meratussarat dengan kepentingan, khususnya konsesi pertambangan.
"Karena Meratus memiliki Sumber Daya Alam yang luar biasa," kata Ma’mun kepada banjarhits.ID, Rabu (31/10).
Kalaupun ingin menjadikan Meratus sebagai taman nasional, ia usul pengelolaan bisa memakai sistem zonasi. Artinya kawasan bukan bersifat netral, tetapi justru kolaborasi. Selain Taman Nasional Meratus, Ma’mun berasumsi bentang Meratus bisa dijadikan sebagai perhutanan sosial.
"Tetapi saat ini yang harus diperjuangkan yaitu kelola hutan adat masyarakat Dayak Meratus," ucap Ma’mun.
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, mengatakan konsep taman nasional bukan solusi atas persoalan Pegunungan Meratus. Menurut Kisworo, konsep itu justru menggusur hak rakyat masyarakat adat Dayak Meratus.
ADVERTISEMENT
"Apa lagi kalau konsep yang ada nantinya akan menggusur hak rakyat masyarakat adat Dayak Meratus," ucap Kiss—sapaan Kisworo.
Menurut dia, Walhi Kalsel menolak keras konsep Taman Nasional Meratus karena masyarakat Adat Dayak Meratus sudah memiliki kearifan lokal yang bergantung hidup di alam.
Ia berkata warga adat sudah terbukti dan teruji hidup di alam Meratus. “Buktinya Masyarakat Adat Dayak Meratus sampai saat ini masih hidup dan berkehidupan. Akan tetapi, Meratus masih lestari," ucap dia.
Selain itu, kata dia, kondisi Meratus berbeda dengan wilayah lain yang sudah dikuasai negara. Menurut Kis, mayoritas wilayah yang sudah dikuasai negara telah hancur dan masyarakat banyak yang tergusur dari ruang hidupnya.
ADVERTISEMENT
Ihwal tagar #SaveMeratus bukan hanya penyelamatan Pegunungan Meratus dari pertambangan. Tapi, Kiss menegaskan ada hal yang lebih besar dan luas lagi demi menyelamatkan Dayak Meratus yang sudah hidup dari zaman dahulu. “Bahkan sebelum NKRI merdeka sampai sekarang,” ucap Kiss.
Kisworo pun mendesak negara segera mengakui wilayah kelola rakyat atau adat seperti ritual adat dan kepercayaan. Sebab, ia melihat kearifan lokal ini belum diakui oleh negara, walaupun putusan Mahkamah Konstitusi (MK) sudah mengakomidir. (M Robby)