2 ODP di Gorontalo Tolak Lakukan Rapid Test, Sebut Sudah Tidak Batuk

Konten Media Partner
4 April 2020 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua warga di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menolak untuk di rapid test oleh petugas Puskesmas Kecamatan Suwawa. Sabtu, (4/4). Foto: Dok istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dua warga di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menolak untuk di rapid test oleh petugas Puskesmas Kecamatan Suwawa. Sabtu, (4/4). Foto: Dok istimewa
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Dua warga di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, menolak untuk di rapid test oleh petugas Puskesmas Kecamatan Suwawa. Dua warga tersebut masuk dalam daftar Orang Dalam Pemantauan (ODP).
ADVERTISEMENT
Kepala Puskesmas Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Rini Kasim mengatakan, dua warga itu sengaja dilakukan rapid test lantaran memiliki riwayat perjalanan dari daerah yang terjangkit COVID-19. Keduanya pun diminta untuk dites demi memastikan kondisi mereka setelah tiba di Gorontalo.
"Bapak yang satu baru tiba dari Jakarta, yang satu lagi baru tiba dari Makassar. Mereka masih dikatakan orang tanpa gejala. Tapi karena riwayat perjalanan itu, mereka disebut ODP," jelas Rini saat ditemui di ruangannya, Sabtu (4/4).
Kata Rini, dari mereka berdua, satu di antaranya sempat mengalami gejala batuk, namun sakitnya sudah berujung sembuh. Maka itu alasan orang tersebut menolak di rapid test.
"Satu orang itu merupakan jemaah. Namun setelah perkumpulannya dibubarkan, dirinya kembali ke Gorontalo. Hanya saja, beberapa orang dari kumpulannya tersebut ada yang positif COVID-19, maka itu yang ditakuti," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski tidak dilakukan rapid tes, ungkap Rini, dua warga itu tetap masuk Orang Dalam Pemantauan (ODP). Itu sudah menjadi protokol kesehatan bagi orang yang baru tiba di Gorontalo.
"Kami juga tidak memaksa mereka. Berhubung mereka juga terlihat tidak ada gejala," tutur Rini.
Dirinya berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kesehatannya di saat pandemi COVID-19 saat ini. Apalagi bagi mereka yang baru melakukan perjalanan dari luar daerah untuk segera mengisolasi diri secara mandiri. Hal itu juga mengacu pada minimnya alat pelindung diri (APD) yang dimiliki oleh petugas kesehatan.
Lanjut Rini, tercatat ada sebanyak 70 ODP di wilayahnya yang sudah selesai dilakukan pemantauan. Jumlah ODP tersebut, tambah Rini, dilakukan pemeriksaan dengan cara mengunjungi rumah mereka masing-masing. Agar para ODP itu tidak melakukan pengobatan di puskesmas, yang nantinya hanya akan menularkan virus ke warga lainnya.
ADVERTISEMENT
"Kami hanya berharap APD itu ada. Karena kami yang secara langsung berhadapan dengan pasien. Jika tanpa APD, kami pun bisa terbilang rawan kena virus. Maka dengan keterbatasan APD itu, kami minta masyarakat mengisolasi dirinya selama 14 hari di rumah," tandasnya.
----
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!