AJI Gorontalo dan Google News Beri Pelatihan Cara Ungkap Hoaks

Konten Media Partner
12 Juli 2019 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelaksanaan Halfday Basic Workshop " Hoax Busting dan Digital Hygiene"  pertama kali dilaksnakan di  Aula Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Jumat, (12/7). Foto : Rahmat Ali/banthayoid
zoom-in-whitePerbesar
Pelaksanaan Halfday Basic Workshop " Hoax Busting dan Digital Hygiene" pertama kali dilaksnakan di Aula Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. Jumat, (12/7). Foto : Rahmat Ali/banthayoid
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Sebanyak 70 peserta yang terdiri dari akademisi dan masyarakat umum mengikuti Halfday Basic Workshop "Hoax Busting and Digital Hygiene" di Aula Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo, Jumat (12/7).
ADVERTISEMENT
Kegiatan itu selenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo bersama Google News Initiative. Dibekali oleh dua orang trainer dari Google News .
Peserta yang hadir mendapat materi penggunaan tools yang ada di Google untuk memverifikasi serta mencegah dan mendeteksi peredaran informasi palsu dan misinformasi yang marak beredar.
Budi Nurgianto, salah seorang trainer Google News Initiative. memberikan materi, Google News Initiative, untuk mencegah dan mendeteksi peredaran informasi palsu, hoaks dan misinformasi yang marak beredar. (Foto : Rahmat Ali/banthayoid)
Budi Nurgianto, salah satu pemateri mengatakan, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (AP JII), Indonesia masuk negara dengan populasi pengguna medsos terbesar di dunia. Menduduki urutan ke empat setelah, China, India, United States dan Brazil. Jumlahnya sebanyak 171,17 juta jiwa yang menggunakan internet.
"Dengan angka itu, maka tingkat kerawanan masyarakat menerima hoaks sangat besar," jelasnya.
Indonesia menurut Budi, adalah salah satu negara dengan penduduk terbanyak yang termakan berita bohong. Sebanyak 54% dari total penduduk Indonesia yang menggunakan internet, namun tidak diimbangi dengan literasi media yang mumpuni.
ADVERTISEMENT
"Meskipun penggunaan internet bisa dikatakan tinggi, namun minat literasi masyarakat sangat tertinggal. Dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia, hanya ada 250.000 ribu orang yang punya minat baca," ungkapnya.
Sebanyak 70 peserta, diberikan tools - tools google, untuk mengetahui sumber berita hoaks. (Foto : Rahmat Ali/banthayoid)
Lanjutnya, masyarakat harus mampu membentuk pengamanan diri di dunia digital. Baik dalam keamanan email, maupun kata sandi akun pribadi yang didaftarkan di Google.
"Untuk mencegah hal tersebut, harus diimbangi dengan tingkat literasi yang cukup," tutur Budi.
Sementara menurut Ronny Buol, trainer lainnya, media masa yang seharusnya bisa membendung berita bohong, malah terjebak serta ikut memberitakan dan menyebarkannya.
"Seperti pemukulan Ratna Sarumpaet dan Audrey yang sempat heboh kemarin," ungkapnya.
Dengan adanya workshop tersebut, diharapkan kepada peserta yang hadir bisa membedakan dan memverifikasi berita hoaks. Selain itu peserta juga diajak untuk mengumpulkan data tentang berita bohong yang marak beredar untuk dilaporkan ke website mafindo di www.turnbackhoax.id/lapor-hoax dan www.cekfakta.com.
ADVERTISEMENT
"Saya harap kita juga jangan terpancing dengan berita hoaks. Apalagi ikut menjadi pelaku penyebar. Karena di undang-undang hukumannya sangat jelas," pungkasnya.
----
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin