Banthayo.id Akurat, Berbudaya dan Masa kini

Foto Tim Banthayo.id.

BANTHAYO.ID,GORONTALO - Zaman telah bergeser, melaju dan modern. Informasi pun semakin dibutuhkan untuk sekadar menambah wawasan pada era digital seperti sekarang, atau hanya menjadi bahan obrolan di warung kopi dan tempat kerja. Teknologi yang ada sekarang pun sudah menunjang untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Terutama setelah hadirnya telepon pintar atau gawai. Dunia pun serasa ada di genggaman kita.

Kebutuhan informasi oleh masyarakat pada era digital, diimbangi dengan menjamurnya media lokal, nasional dan internasional yang ada di Indonesia. Berbagai macam dan nama media daring pun bertebaran pada beranda media sosial kita.

Foto Burhan Undu (Burdu) Pendiri Banthayo,id

Beragam jenis informasi ditawarkan, dengan judul yang mengundang klik kepada para pembacanya, rasa penasaran pun memaksanya untuk mengunjunginya. Saking banyaknya media daring tersebut kita sampai tak bisa membedakannya. Untuk meminimalisir hal itu, pembaca harus cerdas menyaring dan memilah informasi yang diterimanya, sebelum menyebarkannya.

Tetapi media daring tak melulu hanya mengandalkan kecepatan yang mengundang banyak pembaca agar mendatangkan iklan. Media daring juga, mestinya menjaga keakuratan berita pada informasi yang dibuatnya. Dengan menjamurnya media daring tadi kita sebagai pembaca dituntut untuk memeriksa keakuratan berita yang ditawarkan.

Bersama Fadhil Attamimi, CEO Kendarinesia, saat pelatihan di Hotel Puri Denpasar, Jakarta. Dok Banthayo.id

Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang terpercaya dan akurat, Banthayo.id menawarkan konten berita, artikel, foto dan video untuk masyarakat. Selain itu Banthayo.id juga menyajikan konten-konten tentang kebudayaan dan informasi terkini yang dikemas secara berimbang, tanpa melupakan kecepatan informasi yang disuguhkan kepada pembaca tentunya. Seperti jargonnya yang akurat, berbudaya dan masa kini.

Banthayo.id sendiri diambil dari bahasa lokal Gorontalo bantayo, yang memiliki arti dangau atau gubuk. Dangau di Gorontalo digunakan oleh petani sebagai tempat istirahat saat lelah bekerja di ladang dan sawah yang mereka garap, serta berteduh dari sengatan matahari.

Bangunan Bantayo Poboide Rumah Adat Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id

Tetapi jika diikuti dengan kata yang lain maka artinya akan berubah, seperti bantayo pobo'ide, rumah panggung yang seluruhnya terbuat dari kayu yang juga menjadi ikon Gorontalo, karena itu lah media ini kami beri nama Banthayo. Bantayo pobo'ide kini menjadi situs budaya yang difungsikan sebagai tempat berkumpul bagi masyarakat kabupaten Gorontalo. Banthayo juga menjadi tempat pelaksanaan upacara adat, penerimaan tamu kenegaraan, pesta pernikahan adat, hingga kegiatan sosial dan keagamaan dilangsungkan di tempat itu.

"seperti filosofi yang ada di Banthayo sendiri yang merupakan salah satu ikon di Gorontalo, dan juga menjadi tempat pertemuan, bermusyawarah, dan juga bersosialisasi," kata Burhan, Pimpinan Redaksi Banthayo

Rumah adat di Gorontalo tidak digunakan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat oleh tokoh-tokoh adat untuk bermusyawarah mufakat. Banthayo.id berusaha menjadi seperti petani yang selalu memberikan hasil panen terbaik bagi konsumennya, kami juga akan menghadirkan konten yang terbaik untuk pembacanya.

Untuk menghargai nilai-nilai kearifan lokal dan menguatkan identitas kedaerahaan khususnya Gorontalo, banthayo.id akan memfokuskan kontennya pada kebudayaan. Serta mengenalkannya kepada Indonesia. Kami percaya pembaca tak hanya ingin tahu tentang informasi yang ada di ibu kota. Kami juga percaya pembaca yang ada di Gorontalo ingin mengetahui lebih dalam tentang daerahnya sendiri.

Peserta Kumparan 1001 Start-Up Media Online dari 34 Provinsi seluruh Indonesia

Kami juga ada untuk semua orang dan golongan, serta berdedikasi bukan untuk menjadi media daring partisan. Sebagai partner resmi Kumparan 1001 Start-Up Media Online, kami tidak bekerja untuk kepentingan politik apapun.

Dengan orang-orang yang memiliki pengalaman di dunia jurnalistik, kami akan berusaha mewujudkan visi agar tidak hanya menjadi jargon belaka.

Penulis : Burhan Undu, Renal Husa

Editor : Febriandy Abidin