Cerita Dosen di Gorontalo tentang Kuliah Online

Konten Media Partner
24 Maret 2020 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buntut dari mewabahnya virus corona (Covid-19), sejumlah universitas di Gorontalo mulai memberlakukan kuliah jarak jauh menggunakan media daring (online). Selasa, (24/3). Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
zoom-in-whitePerbesar
Buntut dari mewabahnya virus corona (Covid-19), sejumlah universitas di Gorontalo mulai memberlakukan kuliah jarak jauh menggunakan media daring (online). Selasa, (24/3). Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Buntut dari mewabahnya virus corona (Covid-19), sejumlah universitas di Gorontalo mulai memberlakukan kuliah jarak jauh menggunakan media daring (online). Langkah ini dilakukan untuk menciptakan jarak sosial (social distancing) agar penularan virus tidak meluas. Kuliah jarak jauh sendiri pada dasarnya mudah karena bisa dilakukan dari mana pun, asalkan terhubung ke jaringan internet. Walaupun begitu, tentu memiliki tantangan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diungkapkan Asriyati Nadjamuddin, dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Asry mengaku instruksi untuk mengalihkan perkuliahan memang ia terima secara mendadak, sehingga dengan sigap ia segera mencari media alternatif yang sekiranya mudah digunakan, namun tidak membutuhkan kuota internet yang besar. Pilihannya lantas jatuh pada ruang kelas non fisik besutan Google.
“Sebenarnya bisa saja saya menggunakan grup Whatsapp, cuma supaya riwayat aktivitasnya terdokumentasi dengan baik, jadi saya menggunakan Google Classroom. Walau begitu, banyak media sebenarnya, cuma memang saya juga harus meraba jangkauan mahasiswa pada media-media yang saya pilih. Kalau yang ini (Google) cukup mudah menurut saya,” katanya.
Langkah ini dilakukan untuk menciptakan jarak sosial (social distancing) agar penularan virus tidak meluas. Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
Asry berada di kampus ketika memberikan kuliah melalui media daring. Kelas daring ia buka sesuai jam mata kuliah tersebut. Satu per satu siswa dicek kehadirannya. Menurutnya, beruntung ketika masa-masa ini terjadi saat perkuliahan belum ada pada tahap akhir. Sehingga ia pun masih bisa membuka kelas daring dengan tidak harus pertemuan langsung.
ADVERTISEMENT
“Jadi memang masih pas, karena pembelajarannya belum di tahap harus Ujian Tengah Semester (UTS), atau Ujian Akhir Semester (UAS). Jadi memang interaksinya masih sebatas teori. Belum di tahap harus tatap muka,” katanya.
Asry menyampaikan materi, mengajak diskusi untuk memastikan kelasnya tetap aktif, pun tidak harus ada dalam kelas nyata. “Saya bagikan materi dalam tiga bagian, dan saya upload tiga kali, lalu ada diskusi interaktif dari anak-anak. Ada yang bertanya, ada yang memberikan pernyataan, nanti setelah itu saya tutup dengan penugasan,” tambahnya.
Walaupun begitu, Asry sendiri tetap saja khawatir karena tidak mampu memastikan apakah masing-masing mahasiswanya berada di tempat yang berbeda, atau justru mengikuti perkuliahan jarak jauh dari satu tempat yang sama.
Kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo sendiri sudah memulai perkuliahan daring sejak 17 Maret 2020 hingga 29 Maret 2020. Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
“Karena mahasiswa ini biasanya akan saling mengandalkan paket internet temannya, juga kadang menumpang WiFi gratis. Jadi yang tidak bisa saya pastikan apakah mereka itu sendiri-sendiri, atau justru malah sama-sama. Karena kalau begitu kan, ya sama saja,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Asry berharap wabah ini akan segera bisa diatasi. Sebab, bagaimanapun kuliah tatap muka itu juga diperlukan. Saat ini ia sendiri sedang memikirkan bagaimana agar bisa beralih juga pada metode Video Conference (VC).
Kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo sendiri sudah memulai perkuliahan daring sejak 17 Maret 2020 hingga 29 Maret 2020. Sedangkan Universitas Negeri Gorontalo (UNG), rektornya sudah memberi instruksi untuk mengalihkan seluruh perkuliahan melalui daring. Salah satu langkahnya menyiapkan kelas di layanan e-learning melalui Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) kampus tersebut. Ada sekitar 1900 kelas yang dibuka untuk menunjang perkuliahan.
Ada sekitar 1900 kelas yang dibuka untuk menunjang perkuliahan. Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
“Sistem e-learning ini memang bagus karena terintegrasi langsung dengan absensi, penilaian, dan lain-lain,” ungkap Boby Rantow Payu, dosen Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNG.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, menurut Boby, sistem ini masih harus dibarengi dengan media daring lainnya. Keterbatasan fitur sebabnya. Karena tidak semua fitur yang dibutuhkan ada tersedia di e-learning tersebut. Begitu pula dengan media lainnya. Sehingga beberapa media daring memang digunakan karena fitur yang dibutuhkan.
Boby sendiri menyiasati itu dengan menggunakan tiga aplikasi daring lainnya. Misalkan untuk kelas interaktif, ia menggunakan layanan besutan Google. Percakapan pribadi dan grup, ia menggunakan grup WhatsApp. Sedangkan untuk VC, dia memilih aplikasi Zoom. Sedikitnya ada enam mata kuliah yang diampu oleh Boby. Mata kuliah tersebut diikuti oleh 425 siswa yang terbagi dalam 14 kelas. Awalnya menurut Boby, kesulitan dalam menerapkan kuliah daring secara penuh. Karena beberapa dari mahasiswanya masih saja ada yang memaksa untuk tetap kuliah tatap muka di kelas fisik.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa kelas yang mahasiswanya meminta tatap muka. Bukan saya yang minta. Karena mereka bilang ada beberapa materi yang diajarkan daring itu tidak efektif untuk mereka. Karena memang kan saya mata kuliahnya perhitungan juga. Misal mata kuliah statistik dan matematika. Jadi memang itu yang jadi kendalanya saat ini,” ungkapnya.
Mata kuliah tersebut diikuti oleh 425 siswa yang terbagi dalam 14 kelas. Foto: Dok banthayo.id (Wawan Akuba)
Pengalaman Boby, untuk mata kuliah perhitungan, memang efektifnya dengan daring itu menggunakan fitur VC. Namun, kendalanya ada pada kebutuhan kuota yang besar. Bahkan untuk persiapan saja, harus membutuhkan waktu satu jam dan dalam satu jam itu besar sekali kuota yang habis.
“Pertama kali memulai kuliah dengan VC itu harus memakan waktu satu jam hanya untuk persiapan. Dan sangat repot sekali. Yang lain sudah terhubung, sedangkan yang lainnya belum. Namun ketika yang tadi tidak terhubung sudah masuk, yang lainnya malah keluar. Jadinya menunggu dia lagi, dan begitu seterusnya. Sampai satu jam. Kendalanya itu, jaringan internet,” katanya.
ADVERTISEMENT
Boby sendiri memang mengaku sudah biasa menerapkan kuliah daring, namun itu untuk mata kuliah tertentu yang memungkinkan untuk diajarkan daring. Misalkan ketika ia keluar kota namun tidak tega meninggalkan kelas. Tapi dengan instruksi untuk daring secara penuh, maka tantangannya menjadi lain lagi. Ia harus memikirkan strategi yang baik untuknya, juga untuk mahasiswanya. Sama-sama tidak memberatkan.
“Banyak kendalanya. Cuma memang, saat ini juga mahasiswa itu karena tidak ada jaringan, jadi ada yang mengaku menggunakan jaringan internet di kafe dan mereka nongkrong di sana. Jadinya menurut saya ini ya sama saja. Tetap berkumpul mereka. Itu juga yang sulit saya kontrol dan butuh kerja sama pihak lain untuk mengurai pengelompokan mahasiswa ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, keadaan ini memang menjadi tantangan tersendiri untuk dia dan beberapa kalangan dosen. Terutama dalam merumuskan metode yang tepat untuk perkuliahan jarak jauh. Ia sendiri sudah sepekan ini, seluruh mata kuliah dan kelas yang ia ampu sudah daring semua. Ia memang mengaku direpotkan, namun menurutnya keadaan ini karena baru pertama kali saja. Jika sudah jalan beberapa minggu, kemungkinan mahasiswanya akan terbiasa. Walaupun begitu, ia berharap situasi ini dapat segera diatasi dan kembali normal.
“Saya sendiri berharap, mahasiswa saya, maupun orang-orang terdekat kita tidak ada yang terpapar virus ini. Sehingga ketika semua ini kembali normal, kita semua dapat kembali beraktivitas seperti biasa,” tutupnya
----
Reporter: Wawan Akuba