Cerita Sukirman, Petani Yang Antusias Ikut Ujian Paket C

Konten Media Partner
7 Maret 2019 14:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukirman Dakman, 52, menunjukkan kartu peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Minggu (3/3).   Foto : Tomy Pramono
zoom-in-whitePerbesar
Sukirman Dakman, 52, menunjukkan kartu peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), Minggu (3/3). Foto : Tomy Pramono
ADVERTISEMENT
Tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat. Ungkapan itu bisa menggambarkan sosok Sukirman Dakman.
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Minggu, (3/3), mungkin akan menjadi hari yang sulit bagi Sukirman Dakman sepanjang hidupnya, pria tua yang memiliki 5 orang anak. Bagaimana tidak, diusianya yang telah menginjak 52 tahun, Sukirman harus berjibaku dengan deretan huruf diatas papan ketik komputer.
Kulitnya tampak mengerut, tangannya kasar, bicaranya pun sedikit terbata. Namun soal semangat, ia patut untuk dijadikan teladan. Ya, pagi itu Sukirman tampak tak canggung berkumpul bersama peserta gladi ujian nasional paket C lainnya. Yang mungkin beberapa diantaranya seumuran dengan anaknya.
“Pak pak, bagaimana caranya isi nomer ini disitu?,” tanyanya kepada saya sembari menunjuk layar komputer. Mungkin dalam pikirannya saya juga seorang pengawas.
ADVERTISEMENT
“Bapak juga ikut ujian?” saya bertanya, penasaran.
“Iya pak," angguk Sukirman.
Diluar tampak matahari kian meninggi, salah satu pengawas ujian berdiri didepan memberikan beberapa petunjuk teknis cara pengisian jawaban. Terlihat cukup sabar pengawas tersebut menjelaskan kepada peserta ujian yang memang rata-rata sudah berusia lanjut.
Hari itu, gladi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk jenjang kesetaraan paket C diikuti oleh 54 orang peserta didik dari berbagai wilayah di Kabupaten Gorontalo.
Sukirman yang sehari-hari menjadi seorang petani ini duduk dikursi paling belakang. Berbatasan langsung dengan dinding ruangan. Mungkin dengan begitu ia bisa lebih bebas untuk mengisi soal. Sedikit berbisik, ia mengaku menyesal dahulu tidak menyelesaikan pendidikannya. “Dahulu saya terlalu meremehkan ijazah, padahal orang tua saya selalu menjelaskan pentingnya sekolah,” katanya.
ADVERTISEMENT
Kini, Sukirman harus mengikuti syarat yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah, bahwa untuk menjadi seorang kepala lingkungan wajib memiliki ijazah minimal SMA sederajat.
“Ya pak, jadi kepala lingkungan harus ijazah SMA sederejat,” imbuhnya.
Pandangannya kembali fokus ke layar komputer, sesekali jemarinya menari kecil diatas papan ketik. Terlihat ia mengalami kesulitan dalam pengisian jawaban, namun Sukirman bukanlah orang tua yang tidak mengerti sama sekali tentang teknologi. Di tempat kerja sebelumnya, ia sempat melihat temannya mengoperasikan komputer jinjing.
“Susah pak, tapi saya mau belajar. Dahulu juga pernah teman saya mengajak saya bermain komputer, biar cuma tau menyalakan komputer,” ceritanya.
Sukirman Dakman mengikuti gladi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Paket C di SMA Negeri 1 Limboto, Minggu (3/3). Foto : Tomy Pramono
Dipercaya Masyarakat Jadi Kepala Lingkungan
Sukirman mengejar ijazah Paket C melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Hutuo Lestari, salah satu lembaga pendidikan masyarakat di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Sebelumnya ia juga telah menyelesaikan Paket B, atau setara Sekolah Menengah Pertama (SMP).
ADVERTISEMENT
Gayanya yang lugas, murah senyum, dan mudah bergaul, membuatnya dikenal banyak orang. Mungkin karena itulah ia dipercaya menjadi kepala lingkungan III, Kelurahan Tilihuwa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
“Saya mengenal beliau sejak enam tahun lalu, sejak beliau menjadi peserta didik di paket B dan kemudian melanjutkan ke paket C. Tidak terlalu kenal, tapi yang saya tahu beliau merupakan seorang kepala dusun,” ungkap Tuti Kustia, Ketua PKBM Hutuo Lestari.
Tidak banyak orang sepertinya. Mungkin bagi sebagian orang yang seumuran dengannya, bekerja di sawah, bermain dengan cucu merupakan aktivitas paling menarik untuk mengisi hari tua. Tapi tidak bagi Sukirman. Dirinya antusias untuk menyambut ujian nasional pendidikan kesetaraan Paket C bulan depan.
“Bahagia tentunya ketika tanpa malu beliau masih bersedia mengikuti pembelajaran hingga ujian. Begitu pula dengan momok UNBK ini, meskipun sulit namun semangatnya tak pernah pudar,” tambah Tuti.
ADVERTISEMENT
Semangat dari seorang Sukirman Dakman patut untuk diteladani. Usia yang tak lagi muda, tak menyurutkan tekadnya untuk mengikuti setiap proses pembelajaran demi mendapatkan selembar kertas yang bernama ijazah.
---
Reporter : Tomy Pramono
Editor : Febriandy Abidin