Foto: Karya Seni Mural dalam 'Festival Hijau' di Gorontalo

Konten Media Partner
27 Oktober 2019 22:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Forum Komunitas Hijau (FKH) menggelar lomba mural bertajuk "wall art", di Kota Gorontalo, Minggu (27/10). Foto: Dok Banthayo.id
zoom-in-whitePerbesar
Forum Komunitas Hijau (FKH) menggelar lomba mural bertajuk "wall art", di Kota Gorontalo, Minggu (27/10). Foto: Dok Banthayo.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Forum Komunitas Hijau (FKH) menggelar lomba mural bertajuk "wall art" sebagai kampanye lingkungan, Minggu (27/19).
ADVERTISEMENT
Lomba yang digelar sebagai rangkaian "Festival Hijau" tersebut dilaksanakan sejak 2017 dan setiap tahun memilih lokasi yang berbeda.
Berbeda dengan tahun kemarin, jumlah objek dinding lebih banyak dan berada di tiga lokasi. Tiga lokasi itu ada di Kelurahan Limba U2 depan kantor Radio Republik Indonesia (RRI) Gorontalo, di Kelurahan Limbab U1 dan di Kelurahan Talumolo.
Untuk tema besarnya, kali ini FKH mengangkat delapan atribut kota hijau yang merupakan dasar penilaian atau penetapan suatu kota hijau. Kota hijau sendiri adalah kota yang dibangun tanpa mengorbankan manusia, lingkungan dan sarana prasarana terbangun.
Lomba yang digelar sebagai rangkaian "Festival Hijau" tersebut dilaksanakan sejak 2017 dan setiap tahun memilih lokasi yang berbeda. Foto: Dok Banthayo.id
Beberapa ciri kota hijau, secara efektif dan efisien memanfaatkan sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan serta menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan, baik lingkungan, sosial dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Sri Sutarni Arifin, salah satu anggota FKH ditemui di lokasi mengungkapkan, sejak tahun kemarin pemilihan lokasi mural selalu di permukiman yang ramai.
Selain karena lokasi itu memang tersedia dan direkomendasikan oleh kepala kelurahan, juga agar pesan yang dibuat dalam bentuk seni kreativitas gambar mampu diterima masyarakat.
Sejak tahun 2018 pemilihan lokasi mural selalu di permukiman yang ramai. Foto: Dok Banthayo.id
Walaupun menurutnya, seni mural sebagai instrumen kampanye berbasis seni memang belum masif diminati oleh masyarakat Gorontalo, namun dengan konsistensi FKH setiap tahun melaksanakan lomba semacam ini, maka diharapakan seni mural dapat menciptkan komunikasi secara visual dengan estetis pada masyarakat. Agar peradaban kota menjadi lebih baik melalui pesan yang coba dibangun.
“Ini kan muralnya di permukiman padat, setiap hari orang melewati tempat ini, dan setiap hari juga gambar-gambar ini dilihat. Bukan tidak mungkin, pesannya akan tersampaikan,” ungkapnya.
Kegiatan kali ini di ikuti puluhan peserta yang di dominasi mhasiswa. Foto: Dok Banthayo.id
Sri mengatakan, hanya ada sekitar dua puluh orang pendaftar yang mengikuti mural. Jumlah itu didominasi oleh mahasiswa jurusan arsitektur maupun mahasiswa jurusan kriya.
ADVERTISEMENT
Ian Morse, salah seorang wisatawan asing mengapresiasi kampanye lingkungan melalui mural. Ia sangat suka melihat gambar-gambar yang dibuat oleh peserta. Jika kreativitas semacam ini digunakan sebagai kampanye, maka sudah pasti akan mudah diserap pesannya. Namun menurutnya, perlu dipertimbangkan beberapa hal lain.
Kegiatan kali ini di ikuti puluhan peserta yang di dominasi mhasiswa. Foto: Dok Banthayo.id
“Mungkin kita perlu melihat lokasi yang tepat untuk mural semacam ini agar pesannya bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat,” kata Ian.
Selain itu menurutnya, perlu juga memperhatikan argumen yang dibangun melalui gambar yang dibuat. Karena seharusnya gambar-gambar itu menjadi "trigger" untuk masyarakat mulai membicarakan terkait kerusakan lingkungan.
“Masyarakat harus mulai diajak untuk membicarakan kerusakan lingkungan saat ini. Kepedulian bisa dipicu oleh kesadaran akan hal tersebut,” tutupnya.
----
Reporter: Wawan Akuba
ADVERTISEMENT