Hari Kasih Sayang di Gorontalo

Burhan Bakari
Akurat, Berbudaya, dan Masa Kini | Partner 1001 Start up Media Online Kumparan
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Burhan Bakari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gambar : www.retirement-planner.co.uk
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar : www.retirement-planner.co.uk
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Hari Valentine atau kasih sayang dijadikan momen berkumpul bersama teman dan keluarga. Dengan cara itu mereka bisa memperkuat tali persahabatan dan mempererat hubungan kekeluargaan.
ADVERTISEMENT
“Jalan-jalan di hari valentine itu seru, banyak orang yang berlibur,” ucap Rian Riski Usman, seorang pengemudi ojek online (Ojol), Kamis (14/2).
Sama halnya dengan Elvina Mohamad yang ikut merayakan hari kasih sayang. Ia beranggapan bahwa merayakan hari kasih sayang tergantung dari niat seseorang.
“Tergantung niat seseorang mengimaninya seperti apa," ungkap Elvina menanggapi pro dan kontra merayakan hari kasih sayang.
Namun ada sebagian masyarakat yang menolak merayakan hari kasih sayang. Putri Utary, seorang mahasiswi mengungkapkan keprihatinanya dengan remaja saat ini yang masih membudayakan hari kasih sayang.
Ia beranggapan hari kasih sayang adalah budaya barat yang semestinya ditolak. Budaya itu menurutnya merusak akhlak keislaman. Namun ia tak memungkiri bahwa globalisasi yang pesat ikut memengaruhi kaum muslim untuk terlibat merayakannya.
ADVERTISEMENT
“Seperti dalam hadis, kalau kita mengikuti suatu kaum maka kita masuk dalam kaum tersebut," ujar Putri.
Penolakan juga datang dari Riska Puspita Muhamad. Ia mengaku merayakan hari kasih sayang tidak sesuai tuntunan agama yang dianutnya.
"Kenapa harus ada hari kasih sayang? bagi saya setiap hari itu wajib membagi kasih sayangnya kepada sesama orang muslim,” ringkas Riska.
Di Provinsi Gorontalo sendiri, perayaan hari valentine suda dilarang pemerintah sejak tahun 2016.
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin