Jembatan di Gorontalo Ambruk, Kegiatan Ekonomi Warga Molintogupo Terhambat

Konten Media Partner
14 Juni 2020 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jembatan Molintogupo, pasca dihantam banjir beberapa waktu lalu. Minggu, (14/6). Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Molintogupo, pasca dihantam banjir beberapa waktu lalu. Minggu, (14/6). Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Jembatan penghubung dua kecamatan, yakni Kecamatan Suwawa Selatan dan Suwawa Timur ambruk usai diterjang banjir. Ambruknya jembatan tersebut membuat kegiatan ekonomi warga terganggu.
ADVERTISEMENT
Pada Minggu (14/6), di Desa Molintogupo, Kecamatan Suwawa Selatan, masyarakat memandang dengan pasrah jembatan yang putus itu. Pasalnya, jembatan tersebut menjadi tumpuan bagi masyarakat di desa itu.
Seperti pengakuan salah satu warga di desa itu, Fikri Dentau (34). Fikri menuturkan, akses warga untuk berbelanja yang terdekat hanya melalui jembatan tersebut. Kata dia, tumpuan pemenuhan kebutuhan melalui jalur jembatan.
"Karena pusat belanja masyarakat di Suwawa Selatan itu ada di Suwawa Timur. Kalau tidak ada jembatan ini, jauh (perjalanan menuju Suwawa Timu)," ucapnya.
Jembatan tersebut menghubungkan dua kecamatan, Suwawa Selatan dan Suwawa Timur. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Menurut seorang warga, Hilman (42), jembatan yang menjadi tumpuan warga itu telah beberapa kali ambruk. Kini setengah dari jembatan itu terendam di sungai Bone. Jalan antara desa dan jembatan itu putus.
ADVERTISEMENT
"Sudah banyak kali ambruk. Pada tahun 1982, kemudian pada tahun 1994. Penyebabnya juga sama, banjir," tuturnya.
Kata Hilman, setelah robohnya jembatan, pemerintah membangun kembali jembatan di desa mereka. Pada tahun 2006, jembatan kembali ambruk.
"Dan kali ini ambruk lagi. Dampak putus ini, kita terisolir," kata dia.
Jika masyarakat ingin memenuhi kebutuhan untuk belanja, kata Hilman, mereka menitip kepada salah seorang warga yang akan berbelanja.
"Kalau kita belanja kita titip," ucapnya.
Salah seorang warga secara mandiri membuat perahu ponton. Perahu itu terbuat dari kayu.
"Inisiatif saya buat ponton. Untuk akses masyarakat Suwawa Selatan berbelanja di Suwawa Tengah," ujar Ferlis Pakaya, warga yang membuat perahu ponton tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk membuat perahu ponton itu, ia memerlukan biaya satu juta rupiah dari kantong sendiri. "Cuma dari papan dan galon. Kapasitas penumpang enam orang. Kalau motor, bisa muat dua," ucapnya.
Salah seorang warga secara mandiri membuat perahu ponton. Perahu itu terbuat dari kayu. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Perahu ponton itu akan disewakan. Kata dia, biaya sekali seberang per orang lima ribu rupiah, untuk motor sepuluh ribu rupiah.
Sementara itu, Kepala Desa Molintogupo, Roly Abdullah, mengatakan terdapat empat dusun yang ada di desa tersebut. Jumlah warganya sekitar 1.200 jiwa. Untuk berbelanja, warga betumpu pada pasar Minggu yang ada di Kecamatan Suwawa Timur.
"Tempat alternatif lain belanja masyarakat di desa sebelah, Desa Bondauna. Namun menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer. Pasarnya tidak memadai, hanya menjual rempah-rempah," jelasnya.
Perahu ponton itu akan disewakan. Kata dia, biaya sekali seberang per orang lima ribu rupiah, untuk motor sepuluh ribu rupiah. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Menurutnya, jembatan itu sangat vital fungsinya bagi masyakarat di delapan desa yang ada di Kecamatan Suwawa Selatan. Ia berharap agar pemerintah Kabupaten Bone Bolango memperhatikan kondisi jembatan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah putus begitu, minimal kita disediakan ponton," harapnya.
------
Reporter: Fadhil Hadju