Jembatan Putus, Warga Bone Bolango, Gunakan Perahu Ponton Seberangi Sungai

Konten Media Partner
26 Juni 2020 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktifitas warga di dua kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, saat menaiki perahu kayu. Jumat, (26/6). Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
zoom-in-whitePerbesar
Aktifitas warga di dua kecamatan di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, saat menaiki perahu kayu. Jumat, (26/6). Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, banjir bandang melanda. Banjir tersebut merupakan luapan air dari Sungai Bone. Dampaknya, sebuah jembatan penghubung dua kecamatan jadi putus. Masyarakat mengeluhkan dampak dari putusnya jembatan itu, karena sulitnya akses ekonomi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat kemudian mengambil inisiatf sendiri. Mereka membuat perahu ponton. Sederhana bentuknya. Terbuat dari kayu. Datar dan di sampingnya dibuatkan besi, digunakan untuk berpegang saat menaikinya.
Seorang ibu terlihat berdiri di bantaran sungai. Terlihat sedikit cemas. Banthayo menemui ibu itu. Namanya Rukmin Kamaru (44), warga Desa Molintogupo, Kecamatan Suwawa Selatan.
“Saya ingin menyeberang,” ucapnya.
Masyarakat mengeluhkan dampak dari putusnya jembatan itu, karena sulitnya akses ekonomi. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Di seberang sungai, beberapa perahu terlihat bersandar di bantaran sungai. Air sungai saat itu deras.
“Habis hujan, jadi biasa air jadi deras,” tutur Rukmin.
Seorang lelaki terlihat mulai menaiki perahu itu. Dari kejauhan, mesin yang mendorong perahu itu mulai berderu. Melesat dengan cepat, perahu itu menyeberangi sungai. Tapi arus sungai yang deras membuat perahu tampak kesulitan melewatinya.
ADVERTISEMENT
“Saya ada keperluan di Suwawa Tengah. Saat ini saya ingin balik ke Suwawa Selatan,” ucapnya.
Sebelum bersandar di bantaran sungai, di atas perahu, terlihat dua orang ibu. Salah satunya menggenggam sebuah map merah. Dengan susah payah dia turun dari perahu itu. Sempat kepeleset. Karena tanah di bantaran sungai itu sangat sulit untuk dipijak. Licin dan berlumpur.
Rukmin kemudian menaiki perahu yang sebelumya ditumpangi dua ibu itu. “Saya permisi dulu ya,” ucapnya.
Ibu yang memegang map merah itu bernama Santi Alagolo (35 ), juga warga Desa Molingtogupo.
Seorang ibu terlihat berdiri di bantaran sungai. Menunggu perahu yang akan ditumpanginya. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Santi mengatakan, ia ingin mengantar berkas anaknya yang akan bersekolah di Kecamatan Suwawa Tengah.
“Agak susah sedikit jalan kemari. Tergantung air, kalau aliran air deras kami jelas takut menyeberang,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ia merasa terbantu dengan adanya perahu-perahu yang mengantar orang untuk menyeberang. Kata Santi, ia sudah dua kali naik perahu untuk menyeberangi Sungai Bone.
“Pertama itu mau ke pasar minggu di Suwawa Tengah. Dan yang kedua saat ini,” kata Santi.
Arus sungai yang deras membuat perahu tampak kesulitan melewatinya. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Santi menuturkan, kesulitan untuk menyeberangi sungai adalah derasnya air. Dia mempunyai anak yang akan disekolahkan di Madrasa Tsanawiyah (MTs) yang berada di Suwawa Selatan.
“Karena anak saya juga kan ingin sekolah. Ketika air deras, mereka takut menyeberang sungai. Baru orang di perahu tidak ingin mengantar,” keluhnya. Sambungnya, saat ini anaknya belum sekolah, karena masih masa pandemi dan juga anaknya baru akan dimasukan ke MTs.
Pada tanggal 1 Juli 2020 nanti, anaknya akan berkumpul untuk bersekolah. Karena anaknya baru akan mendaftar.
ADVERTISEMENT
“Harapan kepada pemerintah semoga jembatan ini segera dibangun,” tuturnya.
Kondisi jembatan Molingtogupo pasca diterjang banjir bandang. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Sesaat kemudian, sebuah ponton terlihat sudah berada di tengah sungai. Di atasnya sejumlah orang menaikinya. Tiga laki-laki dan satu perempuan. Juga ada sebuah sepeda motor yang diangkut.
Ponton itu terlihat lambat menyeberangi sungai. Derasnya arus membuat perahu ponton itu terlihat miring saat berjalan di atas air. Mesin berderu kencang di belakangnya. Sesampainya di bantaran, seorang lelaki turun dari ponton itu. Sebuah papan di sandarkan di ujung perahu ponton. Motor yang ada di atasnya kemudian diturunkan secara perlahan.
Akses jalan di kawasan itu ditutup sementara. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Pemilik perahu ponton itu bernama Ahmad Mahmud (45). Ahmad menuturkan, ia membuat ponton karena kesihan melihat warga yang sulit untuk akses ke seberang sungai.
ADVERTISEMENT
“Kami buat ini karena motor warga sulit menyeberang. Biasanya kalau menyeberang, motor Rp 10 ribu, dan kalau orang Rp 5 ribu,” ucapnya.
Senada dengan Santi, Ahmad juga mengeluhkan kondisi arus sungai. Ia merasa kesulitan untuk menyeberang sungai.
“Macam tadi setengah mati. Kalau perahu bisa menyeberang. Tapi kalau ponton ini sulit menyeberang,” ujarnya.
-----
Reporter: Fadhil Hadju