Keluarga Korban Tembak Mati Oleh Polisi di Gorontalo Menuntut Keadilan

Konten Media Partner
8 Mei 2020 11:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puluhan keluarga korban saat mendatangi Polsek Atinggola. Jumat, (8/5). Foto: Dok istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Puluhan keluarga korban saat mendatangi Polsek Atinggola. Jumat, (8/5). Foto: Dok istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
GORONTALO - Puluhan warga di Desa Sapawea, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara, yang mengatasnamakan keluarga korban penembakan yang diduga pelaku curanmor, mendatangi Polsek Atinggola untuk menuntut keadilan, kamis malam (7/5).
ADVERTISEMENT
Pihak keluarga korban penembakan sengaja mendatangi Polsek Atinggola untuk mendesak agar polisi segera memroses oknum yang melakukan penembakan, hingga menewaskan korban yang berinisial FI.
"Jelas kami keluarga tidak terima sampai sekarang. Proses harus tetap jalan. Kami sebelumnya sudah melapor ke Propam Polda Gorontalo," kata Yan Paduli, salah satu keluarga korban penembakan saat ditemui malam tadi.
Menurut Yan, dirinya sangat keberatan terhadap tindakan yang diambil oleh petugas dalam mengamankan FI yang diduga pelaku curanmor, hingga membuat korban tewas dengan luka tembakan di bagian kepala.
"Padahal dirinya sama sekali melawan petugas. Kalau dia lari, atau pegang parang baru itu melawan. Tetapi ini dalam posisi tangannya diborgol, bagaimana bisa melawan? Apalagi kalau katanya melompat jendela mobil, bagaimana bisa?” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dari keterangan para saksi jelas Yan, dalam insiden penembakan itu, FI ditinggalkan oleh petugas di dalam mobil dalam posisi pintu terbuka lebar, sehingga memungkinkan FI bisa melarikan diri.
Namun, saat korban bergegas melarikan diri petugas langsung menembaki pelaku, hingga korban tersungkur ke tanah. Dengan keadaan berlumuran darah, korban langsung diangkut ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
"Sebelumnya pihak petugas sempat adu mulut dengan tantenya korban. Karena tantenya ini mau melihat korban di dalam mobil, tetapi dilarang oleh mereka. Tidak lama korban lari, dan salah satu petugas meneriaki ‘tembak’, tidak lama bunyi letusan sebanyak empat kali. Saat dilihat korban dalam keadaan tidak bergerak sama sekali," jelas Yan.
ADVERTISEMENT
Dengan tindakan oknum itu tambah Yan, membuat pihak keluarga cukup keberatan dan meminta agar kepolisian segera mengusut tuntas kasus penembakan tersebut.
"Kami tidak persoalkan pelaku itu jika dikeroyok. Karena memang itu pelajaran baginya. Kalaupun dilumpuhkan, maka kami lebih setuju hal itu. Tetapi kalau sudah ditembak mati, kami sangat keberatan," tandasnya.
-----