Kisah Naruto, Tinggal Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Konten Media Partner
31 Maret 2020 14:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sahrudin Kuna, warga di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Selasa, (31/3). Foto: Dok banthayo.id
zoom-in-whitePerbesar
Sahrudin Kuna, warga di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Selasa, (31/3). Foto: Dok banthayo.id
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Sahrudin Kuna (55)— biasa disapa Naruto— tinggal seorang diri di gubuk tua. Ukuran gubuk itu sekitar delapan meter persegi, yang terletak di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Ia tinggal di situ sekitar sembilan tahun lalu, atau sejak tahun 2011.
ADVERTISEMENT
Gubuk itu dibangun menggunakan bahan seadanya, di atas tanah milik pamannya, yang dipinjamkan untuk Naruto. Karena saat itu, Naruto tidak memiliki tanah.
"Ini tanah milik om saya," singkat Naruto.
Naruto bekerja sebagai pengemudi becak motor (Bentor). Penghasilannya bisa mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. Foto: Dok banthayo.id
Gubuk kecil dan sempit itu menjadi saksi perjuangan hidup Naruto selama sembilan tahun. Dalam gubuk itu, Naruto mengandalkan kayu bakar untuk memasak, dan sumur tua sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
"Kalau sumur saya punya di belakang rumah, tapi listrik saya menggandeng ke tetangga, dengan biaya sekitar 20 ribu rupiah per bulan," ucapnya sambil tersenyum.
Naruto, tinggal di situ sekitar sembilan tahun lalu, atau sejak tahun 2011. Foto: Dok banthayo.id
Di gubuk itu, ada satu kamar kecil dan dua ruangan sempit yang digunakan untuk meletakkan barang-barang serta pakaiannya. Dinding gubuk itu menggunakan tripleks. Lantainya cor, namun mulai berlubang. Begitu juga atapnya, sudah mulai rusak dan berlubang.
ADVERTISEMENT
Naruto bekerja sebagai pengemudi becak motor (Bentor). Penghasilannya bisa mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari, tergantung ramainya penumpang.
"Kalau sekarang, jalanan lagi sunyi karena lagi ada corona," tukas Naruto.
Sumur tua sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Foto: Dok banthayo.id
Naruto sampai saat ini belum menikah. Tentu hal itu membuat ia kesepian. Tetapi ia tak mau banyak bicara soal pasangan hidup.
"Kalau saya merasa sunyi, saya keluar untuk cari kesibukan lain," tuturnya.
Naruto, dengan segala keterbatasan gubuknya itu, belum pernah mendapat bantuan rumah layak huni dari pemerintah setempat. Ia terhalang oleh kepemilikan tanah.
Di gubuk itu, ada satu kamar kecil dan dua ruangan sempit yang digunakan untuk meletakkan barang-barang serta pakaiannya. Foto: Dok banthayo.id
Naruto menyesalkan syarat bantuan rumah layak huni dan renovasi rumah harus punya tanah sendiri. Karena baginya, yang namanya orang miskin, jangankan punya tanah, beli makan sehari-hari saja masih perlu usaha keras.
ADVERTISEMENT
"Kalau tidak punya tanah, sampai kapanpun tidak dapat bantuan mahyani atau renovasi rumah," tutupnya.
----
Reporter: Ikdal Amala