Korban Banjir Luapan Danau Limboto, Gorontalo, Mulai Terserang Penyakit

Konten Media Partner
10 Oktober 2021 10:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan perumahan deret nelayan di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo yang masih terendam banjir luapan Danau Limboto. Minggu, (10/10/2021). Foto: Dok banthayo
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan perumahan deret nelayan di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo yang masih terendam banjir luapan Danau Limboto. Minggu, (10/10/2021). Foto: Dok banthayo
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Hampir satu bulan banjir yang merendam kawasan perumahan deret nelayan di Dusun Tiga, Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo belum juga surut. Akibatnya sejumlah warga mulai terserang berbagai penyakit, seperti demam, kutu air, gatal-gatal, hingga diare.
ADVERTISEMENT
Sebagian warga yang mayoritas bekerja sebagai nelayan ini memilih tak mengungsi. Mereka tetap bertahan di rumah sambil menunggu air surut. Sementara tak sedikit pula dari mereka mengungsi ke posko pengungsian dan ke rumah kerabat terdekat.
Kawasan perumahan deret nelayan di Desa Buhu, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo yang masih terendam banjir luapan Danau Limboto. Foto: Dok banthayo
Warga yang memilih bertahan di kawasan ini terpaksa harus menggunakan perahu untuk beraktifitas. Untuk kebutuhan air bersih, warga hanya mengandalkan sumur bor yang letaknya tak jauh dari pemukiman mereka.
Salah seorang warga yang mulai terserang penyakit adalah, Deris Mustafa. Kedua telapak kakinya digerogoti kutu air hingga terlihat membengkak dan mengelupas. Menurut Deris, kutu air tersebut disebabkan air banjir yang tak kunjung surut.
“Setiap malam menjelang tidur saya harus menahan sakit dan gatal akibat kutu air ini,” ungkap Deris.
Deris Mustafa, salah seorang warga yang terserang kutu air. Foto: Dok banthayo
Penyakit kutu air tak hanya menyerang orang dewasa saja, namun banyak anak-anak di kawasan ini juga mulai menderita penyakit serupa.
ADVERTISEMENT
“Karena kutu air, anak saya sering menangis karena menahan rasa sakit dan gatal,” ujar Fitriyanti Paus.
Kondisi kaki warga yang terserang penyakit kutu air. Foto: Dok banthayo
Beda halnya dengan Fitri Eyaniko, korban banjir lainnya. Sejak beberapa hari ini putranya yang masih berusia satu tahun harus menderita diare yang disebabkan cuaca dingin.
“Saya belum membawa anak saya ke dokter, karena tidak ada biaya untuk berobat. Suami saya juga belum bekerja,” kata Fitri Eyaniko.
Fitri Eyaniko memeluk putranya yang terkena diare. Foto: Dok banthayo
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Gorontalo, Dr. Irawan Huntoyungo mengakui, bahwa memang akibat luapan banjir Danau Limboto itu, banyak warga terserang penyakit, mulai dari infeksi saluran pernafasan, gatal-gatal, demam, dan diare. Penyakit ini ditimbulkan akibat genangan air dan lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya.
Ketua Ikatan Dokter Indoensia Kabupaten Gorontalo, Dr. Irawan Huntoyungo, saat diwawancarai jurnalis banthayo.id. Foto: Dok banthayo
“Dari temuan kami di lokasi banjir, banyak warga yang mulai terserang berbagai penyakit kulit, ispa, dan diare yang disebabkan lingkungan dan cuaca,” tegas Irawan.
ADVERTISEMENT
Ia juga meminta warga yang terserang penyakit disarankan untuk segera berobat ke pusat kesehatan masyarakat terdekat.
Untuk beraktifitas warga harus menggunakan perahu. Foto: Dok banthayo
Sejak Danau Limboto meluap, pemerintah telah membangun posko pengungsian bagi warga yang terdampak. Tercatat korban banjir di desa ini sebanyak 35 kepala keluarga atau sekitar 120 orang. Warga berharap pemerintah tak hanya memberikan bantuan makanan saja, namun juga memerhatikan kondisi kesehatan mereka yang mulai diserang penyakit.