Melihat Benteng Maas, Sisa Jejak Portugis di Gorontalo

Konten Media Partner
11 Mei 2019 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para peneiliti tengah melalukan eskavasi di salah satu titik reruntuhan Benteng Maas yang sudah tertimbun tanah. Sabtu (11/5). (Foto:Burdu/banthayoid)
zoom-in-whitePerbesar
Para peneiliti tengah melalukan eskavasi di salah satu titik reruntuhan Benteng Maas yang sudah tertimbun tanah. Sabtu (11/5). (Foto:Burdu/banthayoid)
ADVERTISEMENT
Banthayo.id, Gorontalo – Benteng Maas merupakan salah satu situs sejarah yang terletak di Desa Cisadane, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Benteng tersebut diduga hasil peninggalan Portugis abad ke-18. Fungsinya sebagai pengontrol keamanan perairan di Laut Sulawesi.
ADVERTISEMENT
Benteng Maas yang berada di lahan warga itu memiliki luas kurang lebih dua hektare. Menurut warga setempat, Sofyan Suleman (57), Benteng Maas sudah lama ditemukan masyarakat. Menurut cerita yang beredar, situs tersebut dibangun pada tahun 1790-an di pinggiran pantai.
“Waktu itu terjadi persaingan bangsa Eropa untuk memperoleh rempah-rempah di wilayah Maluku, Ternate, dan juga Gorontalo. Maka mereka mendirikan pos jaga di sekitar jalur pelayarannya," jelas Sofyan.
Bekas reruntuhan Benteng Maas yang yang berhasil ditemukan para peneliti di Desa Cisadane, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo. (Foto:Burdu/banthayoid)
Menurut pantauan Banthayo.id, beberapa Arkeolog sedang melakukan ekskavasi demi menyelamatkan peninggalan bersejarah tersebut.
Ketua tim peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Irna Saptaninggrum, menjelaskan ekskavasi dilakukan sebagai pencegahan hilangnya jejak bersejarah yang ada di situs itu.
Karena dari perkembangan demografi serta bertambahnya rumah dan ladang warga di lokasi tersebut, membuat situs itu bisa ditelan zaman.
ADVERTISEMENT
“Penelitian sendiri sudah kami lakukan sejak 22 April kemarin. Dan rencananya penelitian ini akan dilakukan bertahap. Karena dengan kondisi yang sudah rusak ditambah lagi limbah rumah tangga milik masyarakat, menjadikan lokasi situs kurang terjaga,” jelasnya.
Ekskavasi, kata Irna, juga dilakukan untuk mencari bentuk sebenarnya dari Benteng Maas. Namun pihaknya saat ini sudah memprediksikan ukuran benteng yang mencapai 160 x 103 meter persegi.
Bangunan pondasi benteng yang tidak terlalu dalam menambah keyakinan peneliti, bahwa Benteng Maas itu di bangun oleh bangsa Portugis. (Foto:Burdu/banthayoid)
“Menurut sumber tertulis, ada empat bastion dan hingga saat ini masyarakat mengenal Benteng Maas dari satu bastion yang berada di pinggiran jalan. Namun itu masih perkiraan kasar, dengan waktu yang sekian lama ditinggalkan, otomatis ada transformasi,” jelasnya.
Irna menerangkan, dari hasil temuan sementara, Benteng Maas memilik empat bastion yang menjadi tempat para prajurit untuk memantau musuhnya. Struktur bangunan dinding terbuat dari batu karang yang bisa bertahan lama.
ADVERTISEMENT
“Mungkin benar ini abad ke-18. Karena didukung dengan temuan keramik asing yang menurut referensi yang ada di beberapa buku dibuat oleh Portugis,” kata Irna.
Limbah rumah tangga milik masyarakat menjadikan lokasi situs Benteng Maas kurang terjaga. (Foto:Burdu/banthayoid)
Tambahnya, tim arkeolog sendiri akan terus melakukan penelitian, maupun penggalian di beberapa titik yang bisa dijadikan sampel penelitian. Namun, saat ini pihaknya sudah bisa merekayasa bentuk benteng tersebut yang akan disosialisasikan nanti.
"Nanti kita lihat hasilnya setelah tahap ini. Kita akan menyampaikan pada pemerintah daerah terkait kejelasan dari situs Benteng Maas," tutupnya.
Salah satu bastion yang masih bisa di temui saat memasuki kawasan Benteng Maas. (Foto:Burdu/banthayoid)
Bangunan benteng yang berada dekat kawasan pemukiman, diduga merupakan pintu masuk Benteng Maas. (Foto:Burdu/banthayoid)
Reruntuhan Benteng Maas yang diduga hasil peninggalan Portugis abad ke -18. (Foto:Burdu/banthayoid)
----
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandi Abidin