Mendulang Uang Dari Bisnis Baliho Kampanye

Konten Media Partner
11 Maret 2019 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja percetakan Raihcom sedang menyiapkan pesanan baliho salah satu calon anggota dewan, Senin (11/3). Foto : Renal Husa
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja percetakan Raihcom sedang menyiapkan pesanan baliho salah satu calon anggota dewan, Senin (11/3). Foto : Renal Husa
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Ruangan berukuran 20 meter persegi yang ada di percetakan Raihcom, Jl. Panjaitan, Limba U I, Kota Gorontalo, tidak memiliki ventilasi udara.
ADVERTISEMENT
Satu-satunya jalan keluar masuk udara adalah pintu masuk ke ruangan itu. Karenanya, aroma tinta pencetakan memenuhi ruangan dan menusuk hidung. Menjadi pengingat untuk orang seperti kami agar segera meninggalkan tempat itu, jika tidak kepala akan sakit dibuatnya.
Hari masih pagi. Sekitar pukul 10.00 WITA, ada enam orang pekerja yang sibuk di ruangan pencetakan. Mereka terbagi tugas. Ada yang sedang melakukan pengguntingan, melipat baliho bahkan ada yang sementara menyiapkan gulungan velin untuk dimasukan ke mesin cetak,
“Ini pesanan dari salah satu caleg DPD RI,” kata salah satu pekerja, sambil mengancungkan jari telunjuk ke arah komputer.
Mesin cetak berukuran besar mulai melakukan tugasnya. Bunyi yang dikeluarkan sedikit berisik, tapi bagi pekerja, itu adalah tanda agar kipas pengering harus segera dihidupkan. Kipas angin itu membuat aroma tinta memenuhi ruangan. Makin pekat menusuk hidung.
ADVERTISEMENT
Tapi Sandi Asinang sudah terbiasa dengan hal itu. Menghirup aroma tinta adalah bagian dari pekerjaannya. “Sudah lebih dari setahun saya kerja disini, awalnya sih sakit kepal, tapi lama-lama jadi terbiasa dengan aroma tinta seperti ini,” katanya, Senin (11/3).
Menjelang pemilihan seperti sekarang, dia melakukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi pesanan dari caleg atau partai yang ingin mencetak baliho kampanye presiden.
“Januari lalu saya mencetak 3500 baliho Prabowo-Sandi, bahkan saya harus lembur menyelesaikan pesanan tersebut,” akunya.
Biasanya dia memulai pekerjaan dari jam 09.00 WITA sampai 20.00 WITA. Jika banyak pesanan seperti sekrang, dia akan mengambil lembur dan bekerja ekstra sampai pukul 02.00 WITA.
“Pesanan itu kami selesaikan dalam waktu lima hari,”katanya.
ADVERTISEMENT
Sekali lembur, dia akan mendapat uang tambah sebesar Rp 100 ribu. Menjelang masa kampanye di pemilihan umum seperti sekarang, adalah masa untuk mendulang uang bagi Ramdan Datau. Pemilik percetakan Raihcom itu mengaku bisa mendapatkan keuntungan lebih besar menjelang pemilihan seperti sekarang.
“Jika sedang ramai biasanya saya bisa mendapatkan puluhan juta per harinya,” katanya. ”Berbeda dengan tahun 2018 kemaren hanya berkisar jutaan rupiah,” lanjutnya.
Terlebih lagi, ia melanjutkan, jika yang memesan itu adalah seorang caleg DPR RI, mereka bisa membayar ratusan juta hanya untuk alat peraga kampanye (APK) yang mereka buat di tempat percetakannya. Tetapi keuntungan itu menurun dari tahun 2014 lalu.
“karena adanya aturan dari KPU yang hanya mengijinkan orang yang sudah menjadi daftar calon tetap yang bisa melakukan percetakan,” katanya.
Pekerja percetakan Raihcom sedang menyiapkan pesanan baliho salah satu calon anggota dewan, Senin (11/3). Foto : Renal Husa
Tahun 2014 kemaren, jelasnya, orang yang masih bakal caleg saja sudah berlomba-lomba mencetak baliho di tempat ini tetapi karena aturan itu, membuat pendapatannya menurun.
ADVERTISEMENT
Sekali cetak APK ditempatnya, Ramdan mengaku meminta uang muka sebesar 50 persen untuk tanda jadi. Sisanya bisa dilunasi setelah pesanan diambil. Meskipun begitu ia mengakui tidak semua orang bisa melunasi APK yang sudah tercetak.
"Seperti tahun 2014 lalu ada beberapa caleg yang tidak melunasi pembayaran APKnya dan masih menuggak ratusan juta rupiah.”
Alasannya mereka tidak terpilih saat pemilihan.
“Tapi saya merasa iba untuk menagihnya agar segera melakukan pelunasan, karena beberapa dari mereka adalah kawan saya,” akunya.
Percetakan itu sudah berdiri sejak 2008 lalu, dan sudah dua kali dia mendapatkan pengalaman seperti itu. Pada tahun 2009 dan 2014,
“yang paling parah di tahun 2009, sampai ratusan juta kerugian yang saya alami, di tahun 2014 hanya puluhan juta,” kata Ramdan.
ADVERTISEMENT
Ramdan mengaku, pesanan untuk pembuatan baliho tidak hanya datang dari dalam daerah saja, beberapa pesanan yang diterimanya datang dari luar daerah seperti Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
“Pesanan yang paling banyak datang dari Kabuoaten Bolaang Mongondow Selatan, bisa ribuan lembar pesanan yang datang dari mereka. Untuk proses pemesanan mereka biasa mengirimkan lewat surel dan melakukan pembayaran dengan transfer bank,” katanya.
Untuk jumlah pemesan terbanyak dari setiap caleg, ia mengakui, cenderung variatif. Semua caleg hampir sama.
"Yang paling banyak hanya baliho kampanye untuk presiden yang dibuat awal januari 2019 lalu," tutupnya.
---
Reporter : Renal Husa
Editor : Febriandy Abidin