Menelisik Bisnis Prostitusi Malam di Terminal 42 Gorontalo

Konten Media Partner
5 Oktober 2019 22:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi transaksi prostitusi. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi transaksi prostitusi. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Terminal 42 merupakan tempat persinggahan mobil angkutan antar kota dan provinsi yang berada di Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Aktivitas siang hari di terminal itu berlangsung normal.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, terminal itu menjadi tempat prostitusi di malam hari. Jika sepi pengunjung, pekerja seks di tempat itu secara terang-terangan menawarkan diri kepada pengendara yang melintas kawasan terminal.
Usia pekerja seks komersial (PSK) di kawasan terminal sangat beragam. Mulai dari remaja hingga yang usia 50 tahun.
“Biar sudah tua tapi masih berjiwa muda bos,” kata Nia (42), bukan nama sebenarnya.
Saya menemui Nia di tempat temaram. Lalu kami berpindah di salah satu rumah makan di kawasan terminal. Saya mewawancarai Nia di tempat itu. Nia mengaku sudah lama bekerja sebagai PSK di Terminal 42. Alasannya banyak.
Ilustrasi prostitusi. Foto: Helmi Afandi/kumparan
“Demi kebutuhan anak-anak. Kurang lebih sudah enam tahun di tempat ini. Bahkan suami saya juga tahu pekerjaan saya,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sebanyak Rp 300 ribu pendapatan Nia dalam semalam saat ramai pengunjung. Di waktu sepi ia hanya bisa mendapat Rp 50 ribu.
“Di sini sudah ada tempat yang disediakan. Jadi tidak usah takut,” tuturnya.
Nia mengaku berasal dari luar Gorontalo. Ia datang ke Gorontalo karena diajak temannya, dengan modus akan diberi pekerjaan. Namun nyatanya ia hanya dijual oleh temannya ke lelaki hidung belang. Sejak kejadian itu, Nia mengaku mulai terbiasa dengan pekerjaan tersebut.
Menjadi PSK menurut Nia, ia bisa membeli semua kebutuhan anaknya di kampung. Namun pekerjaan itu tidak ia nikmati. Ia ingin terbebas. Namun belum bisa memastikan kapan pekerjaan itu akan ia tinggalkan.
Ilustrasi PSK (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
"Kebanyakan kami di sini sudah berkeluarga. Saya sendiri sudah punya anak dua di kampung. Terus mau gimana lagi, suami tidak sanggup menghidupi keluarga,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementata itu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Kota Gorontalo, Abubakar Luwiti mengatakan, sebagian besar pelaku prostitusi tersebar di sejumlah titik yang ada di Kota Gorontalo. Modus yang mereka gunakan masih cara lama. Yaitu menunggu lelaki hidung belang di pinggiran jalan.
“Kami sudah sering lakukan razia di tempat tersebut. Setelah itu tetap masih ada saja bisnis prostitusi di tempat itu. Mereka langsung kabur stiap kali kami turun operasi. Tidak hanya PSK yang dirazia, pelanggan juga kami kejar,” ungkap Abubakar.
Pihaknya terus berupaya menghilangkan penyakit masyarakat tersebut. Meski sempat kewalahan menangani praktek prostitusi, namun pihaknya terus melakukan razia di beberapa tempat yang rawan.
“Tidak hanya di terminal itu, ada juga beberapa praktek prostitusi yang berada di kos-kosan, juga yang ada di hotel. Semuanya kami tindaki,” pungkasnya, Sabtu (5/9).
ADVERTISEMENT
----
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin