Menikmati Sore di Objek Wisata Pintu Langit Gorontalo

Konten Media Partner
17 Maret 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara, obyek wisata huludu lipu, atau pintu langit yang terletak di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Foto : Tomy Pramono
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara, obyek wisata huludu lipu, atau pintu langit yang terletak di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Foto : Tomy Pramono
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - “Welcome To Objek Wisata Pintu Langit” tertulis di pintu gerbang, yang mengarahkan banthayo.id memasuki jalan setapak berbeton.
ADVERTISEMENT
Gerbang itu menegaskan, bahwa jarak untuk mencapai pintu langit masih 250 meter. Jalan yang sempit dan dipisahkan sungai kecil tak bisa dilalui sepeda motor. Maka pengunjung diwajibkan jalan kaki.
Bagi pengunjung yang membawa kendaraan, pengelolah pintu langit telah menyediakan tempat parkir. Cukup dengan Rp 2.000 sebagai bayaran jasa jaga.
Setelah melewati sungai kecil, banthayo.id menjumpai bangunan huludu lipu, dua replika pintu dan gerbang bambu kuning yang bertuliskan 'Matoduwolo'. Matoduwolo secara harfiah adalah 'Selamat Datang'. Huludu lipu memiliki arti pintu langit, adalah satu tempat yang bisa dikunjungi untuk berakhir pekan.
Pintu masuk objek wisata Huludu Lipu, atau Pintu Langit yang terletak di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Foto : Renal Husa
Tempat wisata itu terletak di Desa Konservasi Budaya Talumelito, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo. Dari Kota Gorontalo, dibutuhkan waktu tempuh sekitar 20 menit dengan sepeda motor.
ADVERTISEMENT
Sebelum menikmati berbagai fasilitas di objek wisata pintu langit, pengunjung diwajibkan menyewa caping seharga Rp 5.000 per orang. Selanjutnya pengunjung akan menaiki 99 anak tangga yang dihiasi dengan berbagai warna.
Setelah berada di puncak, pengunjung bisa menikmati pintu langit yang mengarah tepat ke Danau Limboto. Danau itu merupakan yang terbesar di Gorontalo. Serta menikmati taman langit dan mengabadikan gambar pada tempat yang sudah disediakan untuk berswafoto.
Sejak diresmikan 14 September 2018 lalu, tempat ini sudah viral di media sosial. Banyak muda-mudi yang datang untuk mengabadikan diri dengan berswafoto ditempat itu.
Selain berwisata, kita bisa berolahraga, dengan menikmati sensasi melewati 99 anak tangga dan melalui jalan setapak sejauh 250 meter.
ADVERTISEMENT
“Jika anda melihat foto di media sosial, orang berfoto dengan latar pintu, danau dan menggunakan caping, itu ada di tempat saya,” kata Husni Mohi, pengelola tempat wisata pintu langit, Minggu (17/3).
Pengunjung berswafoto di salah satu spot foto yang disediakan oleh pengelola, Minggu (17/3). Foto : Renal Husa
Husni melanjutkan, wisata pintu langit dahulunya adalah bekas salah satu tempat pemerintahan kerajaan Wuwabu, kerajaan kecil (Linula) di Gorontalo.
Pada tempat ini juga, katanya, pengunjung bisa mempelajari beragam kebudayaan yang ada di Gorontalo. Seperti tarian Gorontalo, dana-dana dan ilmu bela diri tradisional yang dipentaskan setiap minggu malam di gedung kebudayaan yang ada di tempat tersebut.
Selain itu, pengunjung juga bisa belajar mengenal jenis-jenis tanaman dengan nama lokalnya, yang masih bisa dijumpai di tempat ini.
Objek wisata yang berada di desa konservasi budaya ini, ramai dikunjungi oleh pelancong saat akhir pekan. Pelancong yang mengunjungi tempat ini pun kebanyakan dari kaum muda yang datang mengabadikan diri dengan berswafoto untuk unggah di media sosial.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan Nita Dukalang, pelancong asal Marisa, Kabupaten Pohuwato ini sengaja berkunjung ke pintu langit untuk menghabiskan waktunya saat berada di Kota Gorontalo dengan melihat Danau Limboto dari balik replika pintu yang dipajang di tempat itu.
Pengunjung berswafoto di salah satu spot foto yang disediakan oleh pengelola, Minggu (17/3). Foto : Renal Husa
Dia mengetahui tempat ini dari salah satu postingan media sosial milik temannya. “Rasa capek saya melewati jalan setapak yang sepanjang 250 meter dan anak angga sebanyak 99 anak tangga terbayarkan setelah berada disini (puncak),” katanya.
Sayangnya tempat ini bukanlah tempat yang cocok untuk menikmati matahari terbit atau senja, karena terhalang dengan pegunungan yang membentang.
Menjelang malam tempat ini mulai dihiasi oleh lampu-lampu yang menambah syahdu. Jika anda berniat mengunjungi tempat ini, jangan membuang sampah sembarangan. Sampah yang anda buang akan mengurangi keindahan tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
---
Reporter : Renal Husa
Editor : Febriandy Abidin