Siswa SMK Gorontalo Sulap Sampah Jadi Rompi Penurun Berat Badan

Konten Media Partner
27 November 2019 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Gorontalo, berinovasi membuat rompi penurun berat badan. Rabu,(27/11) Foto : Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Gorontalo, berinovasi membuat rompi penurun berat badan. Rabu,(27/11) Foto : Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Inovator muda dari sejumlah sekolah dan perguruan tinggi berkumpul di Aula Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Mereka adalah peserta lomba karya tulis ilmiah yang digelar Jurusan Elektro.
ADVERTISEMENT
Lomba bertajuk “Inovasi Karya Anak Bangsa Dalam Mewujudkan Indonesia Berdaya Saing” itu, digelar dengan mendengarkan presentasi setiap tim mengenai inovasi yang dibuatnya. Setiap tim beranggotakan tiga orang, dengan waktu presentasi selama sepuluh menit.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kota Gorontalo adalah salah satu sekolah yang mengirimkan tim inovator untuk ikut dalam lomba tersebut. Produk yang mereka ciptakan tidak terlalu mencolok, terlihat sederhana karena hanya dibuat dari sejumlah plastik sampah yang kemudian direkatkan satu sama lain.
Namun dalam presentasinya, Adhan Djafar Ngabito, ketua tim inovator, memaparkan bagaimana temuannya yang terlihat sederhana mampu berdampak besar terhadap lingkungan, dengan melihat kebiasaan orang-orang di sekitarnya.
Menurut Adhan, di lingkungannya, sedang ada tren menurunkan berat badan. Saat ini, kata Adhan, orang-orang tidak percaya diri dengan tubuh yang gendut, sehingga dengan mempelajari perilaku itu, ia kemudian mendapatkan ide untuk membuat pakaian yang disebutnya sebagai "Rompi Penurun Berat Badan".
Produk yang mereka ciptakan dibuat dari plastik sampah. Foto :Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
Rompi ini kata Adhan, dibuat dari sejumlah kemasan plastik makanan ringan. Plastik-plastik ini kemudian dijahit dengan benang ataupun direkatkan dengan selotip, juga dilengkapi pula dengan ritsleting. Karena untuk pelapis pakaian, maka bentuknya dibuat semacam rompi agar mudah dipakai.
ADVERTISEMENT
Di bagian dalam pakaian ini kemudian dilapisi dengan kertas aluminium foil. Fungsinya untuk menahan suhu panas yang keluar dari tubuh pemakainya. Dengan begitu, tanpa harus berlari pun, penggunanya sudah bisa berkeringat.
Ungkap Adhan, konsep dari pakaian ini sebenarnya sederhana. Yakni, mengandalkan plastik daur ulang sebagai pakaian yang mampu membakar kalori penggunanya dengan suhu panas tubuhnya sendiri. Pakaian ini bisa digunakan saat beraktivitas sehari-hari tanpa harus berlari. Dari percobaan yang dibuatnya, menggunakan pakaian ini selama dua minggu, kalori yang terbakar ada sejumlah 200 gram. Sedangkan di minggu selanjutnya, kalori yang terbakar meningkat sebesar 100 gram.
Di bagian dalam pakaian dilapisi kertas aluminium foil. Fungsinya untuk menahan suhu panas yang keluar dari tubuh pemakainya. Foto : Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
“Memang, saat ini sudah banyak sekali pakaian yang dijual dengan konsep yang sama. Namun menurut saya, pakaian semacam itu cenderung mahal. Sehingga saya menciptakan sendiri pakaian tersebut dengan mendaur ulang plastik yang ada. Langkah ini menurut saya adalah kolaborasi antara tren hidup sehat dengan selalu berkeringat dan semangat mengurangi sampah plastik,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Masih dengan tim dari sekolah yang sama, yakni SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, ada inovasi yang juga bertema lingkungan. Tim ini menamai produknya sebagai "smart trash bin". Ini adalah sebuah tempat sampah yang dirancang dengan menambahkan sejumlah teknologi dan kemudahan di dalamnya.
Konsepnya sederhana, tempat sampah ini dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi objek yang menghampirinya. Dalam jarak tertentu, tempat sampah ini kemudian akan terbuka secara otomatis. Fitur lainnya adalah, tempat sampah ini akan berbunyi ketika sudah penuh. Dalam kondisi tersebut, tempat sampah ini tidak akan bisa terbuka. Menandakan isinya sudah penuh.
Pakaian ini bisa digunakan saat beraktivitas sehari-hari tanpa harus berlari. Foto :Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
Dengan fitur yang masih sedikit tersebut, konsep smart yang disematkan masih sebatas pada kemampuannya mendeteksi objek yang mendekatinya, selain itu juga pada kemampuannya mendeteksi volume. Sedangkan fitur lainnya akan dikembangkan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Ke depan kami berkeinginan untuk mengembangkan tempat sampah ini agar lebih smart lagi. Kami akan menambahkan fitur notifikasi yang mengirimkan pesan kepada pemilik tempat sampah jika sudah penuh,” kata Adhan Djafar Ngabito.
Sampah di Kota Gorontalo
Langkah ini adalah kolaborasi antara tren hidup sehat dengan selalu berkeringat dan semangat mengurangi sampah plastik. Foto :Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
Saat ini, sampah masih saja menjadi masalah besar di perkotaan di Indonesia. Di Kota Gorontalo, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sedang berupaya dalam mengurangi sampah yang ada. Pelbagai kebijakan dan cara dilakukan. Salah satunya dengan mendaur ulang sampah yang ada. Ada yang didaur ulang menjadi pupuk kompos, ada juga yang menjadi kerajinan tangan yang didorong melalui kreativitas masyarakat.
Banyaknya sampah yang ada, juga menyulitkan armada pengangkut. Akibatnya, DLH selalu melakukan penambahan armada. Bahkan di tahun 2017, dinas yang menangani persoalan lingkungan ini harus kekurangan armada.
Tim ini menamai produknya sebagai "smart trash bin. Foto :Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
Melalui Kepala Dinasnya, Junaidi, jumlah truk sampah saat itu hanya ada 22 unit dengan kapasitas angkut masing-masing 4-5 ton, sampah-sampah itu terdiri dari sampah rumah tangga maupun sampah domestik. Sedangkan idealnya, untuk mengatasi sampah yang ada, harusnya ada 45 truk yang beroperasi setiap hari.
Tempat sampah ini dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi objek yang menghampirinya. Foto :Dok Banthayo.id ( Wawan Akuba)
Fakta tersebut menjadi gambaran bahwa permasalahan sampah butuh inovasi segar dari anak bangsa dalam menyelesaikannya.
ADVERTISEMENT
----
Reporter : Wawan Akuba