Video: Sering Telat Salat, Seorang Warga di Gorontalo Mendirikan Masjid Bambu

Konten Media Partner
7 Mei 2021 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Nurul Ikhlas yang dibangun Sarton Baruadi. Jumat, 7/5. Foto: Dok banthayo
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Nurul Ikhlas yang dibangun Sarton Baruadi. Jumat, 7/5. Foto: Dok banthayo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banthayo – Seorang warga asal Desa Molopatodu, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, berinisiatif mendirikan masjid yang terbuat dari kombinasi kayu, bambu dan daun rumbia.
ADVERTISEMENT
Sarton Baruadi namanya. Ia membangun masjid sederhana itu karena sering terlambat saat menunaikan salat Jumat di masjid yang ada di desanya.
Hal itu disebabkan oleh jarak masjid yang cukup jauh dari rumahnya. Untuk itu, dengan bahan seadanya, Sarton yang dibantu keluarganya bertekad mendirikan masjid untuk digunakan sebagai pusat peribadatan masyarakat yang bernasib sama dengannya.
“Saat salat Jumat, ketika saya tiba di masjid, salat sudah selesai,” ucapnya saat diwawancarai banthayo
Masjid Nurul Ikhlas berada di Desa Molopatodu, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo. Foto: Dok banthayo
Masjid yang memiliki luas 25 meter persegi tersebut dibuat dengan bahan kayu kelapa sebagai tiangnya, serta bambu sebagai dindingnya. Dan juga, daun rumbia digunakan sebagai atap masjid. Masjid tersebut diberi nama Nurul Ikhlas, yang berarti cahaya keikhlasan.
“Salah satu anak saya juga cukup paham soal agama sehingga sudah bisa dijadikan sebagai imam. Sehingga saya berinisiatif buat masjid di dekat rumah saya,” terangnya.
Sarton Baruadi. Pendiri masjid Nurul Ikhlas. Foto: Dok banthayo
Masjid sederhana itu mulai dibangun pada bulan Februari 2021 lalu. Alasan lain masjid itu dibangun yakni untuk menyambut bulan suci Ramadan, sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah.
ADVERTISEMENT
Awal pembangunan masjid itu dilakukan dengan menebang satu pohon kelapa miliknya sebagai bahan utama pembangunannya. Setelah itu, secara perlahan Sarton yang dibantu oleh lima orang anaknya membangun pondasi masjid.
Salah satu putra Sarton Baruadi saat mengajarkan anak-anak membaca alquran. Foto: Dok banthayo
Pembangunannya ditargetkan selesai sebelum bulan puasa. Akan tetapi masih terkendala, sehingga belum seratus persen selesai. Walaupun pembangunannya belum selesai, masjid itu sudah mulai digunakan masyarakat dalam melaksanakan ibadah.
“Pada saat pembangunannya sedang berjalan, masyarakat juga ikut membantu dalam memberikan material seperti semen untuk pembangunan masjid tersebut,” ucap Sadam Baruadi, salah seorang anak Sarton.
Bagian dalam masjid yang belum rampung dikerjakan. Foto: Dok banthayo
“Masjid itu dapat menampung sekitar 30 orang saat melaksanakan solat berjamaah,” kata Sadam.
Penulis: Tim Banthayo